Pertamina Tengarai Solar Subsidi “Diminum” Industri

Antrian truk seperti ini mulai sering terlihat di SPBU di Kota Kendari. Solar yang mulai cepat habis membuat truk truk ini kehabisan BBM

LENTERASULTRA.com-Antrian truk yang menunggu mengisi BBM jenis solar kini kembali jadi pemandangan di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Kendari. Tak jarang, antriannya mengular sampai ke bahu jalan. Ada truk yang masih dengan material muatannya, terpaksa ikut antri karena sudah kehabisan bahan bakar sebelum tiba di tujuan.

Apakah ada pengurangan kuota solar untuk Sultra? Manager Communication & Marketing Operation Regional (MOR) VII PT Pertamina Tbk, M Roby Hervindo menampik jika ada informasi semacam itu. “Kami sampaikan, tidak ada pengurangan pasokan BBM subsidi jenis solar,” tutur Roby melalui pesan singkat kepada lenterasultra.com, Jumat, (23/3) lalu.

Menurut Roby sebaliknya selama bulan Januari-Februari 2018 ini ada kenaikan konsumsi solar subsidi 27 persen di Sultra, khususnya Kota Kendari. Pada Januari-Februari 2017 lalu konsumsi solar subsidi di wilayah Kendari lebih dari 6.000 Kilo Liter (KL), sementara di Januari-Februari 2018 naik menjadi lebih dari 7.600 KL.

Kondisi di luar normal ini ditenggarai karena meningkatnya aktivitas industri. Pasalnya kendaraan-kendaraan subsidi menggunakan BBM jenis Solar subsidi akibatnya kelangkaan pun terjadi. “Padahal sesuai Perpres Nomor 191 tahun 2014, kendaraan industri tidak berhak menggunakan BBM subsidi solar,” paparnya.

Oleh karena itu, Pertamina memperketat penyaluran solar subsidi. Para pegawai di SPBU diarahkan untuk memberikan pemahaman kepada kendaraan-kendaraan industri agar menggunakan solar jenis industri atau solar non-subsidi. Di lain sisi Pertamina terus memperluas titik distribusi solar non-subsidi untuk menjawab peningkatan kebutuhan kendaraan-kendaraan industri.

Berdasarkan informasi yang dihimpun tim lenterasultra.com, kondisi kelangkaan ini bukan hanya terjadi pada BBM jenis solar subsidi melainkan juga BBM jenis premium. Tidak sedikit masyarakat Sultra yang mengantri hingga berjam-jam namun tak mendapatkan jatah BBM jenis premium untuk kendaraan pribadinya itu.

Akhirnya mereka pun beralih menggunakan BBM Jenis lainnya yang tersedia yaitu Pertalite dan Pertamax. Kejadian ini bukan baru-baru terjadi melainkan sudah dari jauh-jauh waktu tepatnya semenjak Pertamina merilis produk Pertalite.

Lantas apakah memang ada kesengajaan yang dilakukan oleh Pertamina yaitu dengan memperbanyak stok Pertalite dan tidak menambah stok untuk Premium, padahal masih banyak konsumen premium di kota tersebut? “Isu ‘terpaksa beralih’ ini kan muncul akhir-akhir ini saja. Padahal datanya menunjukkan trend penurunan penggunaan premium sudah sejak 2016,” kata Roby.

Bahkan dari stok yang disiapkan untuk Premium di tahun 2017, hanya dikonsumsi sekitar 56 persen oleh masyarakat. Roby pun kemudian membandingkan realisasi pemakaian BBM masyarakat di Sultra pada tahun 2016 dan 2017.

Berdasarkan data yang diperoleh Lenterasultra.com, penggunaan premium turun 23 persen, pertalite naik 1,873 persen, pertamax turun 5 persen dan Solar naik 11 persen. Kenaikan dan penurunan itu jika dibandingkan dengan tahun 2016 silam. Sedangkan rincian realisasi penggunaan BBM jenis premium, pertalite, pertamax, dan Solar di tahun 2018 ini, Roby belum membeberkannya. (rere)

SolarSubsidi