Ansyaad Mbai dan Akbar Tanjung Hadir di Butur Bahas Radikalisme

Tiga pembicara dalam acara seminar kebangsaan yang digelar KAHMI Butur. Mereka adalah Irjend Pol (Purn) Ansyaad Mbai (kanan), Akbar Tanjung (tengah) dan Abu Hasan, kedua dari kiri. Ketiganya membahas soal terorisme, dan kebhinekaan

LENTERASULTRA.com-Abu Hasan sangat pandai memanfaatkan momentum MTQ yang digelar di daerah pimpinannya, Buton Utara. Ia tak hanya ingin umat Islam mahir dalam seni religi dan hafiz Quran, tapi meski memahami paripurna soal isu-isu terkini yang sedang melanda dunia Islam. Terorisme dan radikalisme kini seperti jadi identitas baru kaum Muslim.

Walau Buton Utara sejauh ini tak punya dinamika terkait radikalisme ini, tapi daerah itu punya tokoh nasional yang pengetahuannya soal teror dan radikalisme sudah khatam, yakni Irjen Pol (Purn) Ansyaad Mbai, yang pernah jadi kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Jauh-jauh dari Jakarta, putra daerah Butur itu “pulang kampung”.

Ia datang bersama Akbar Tanjung, mantan Ketua DPR RI yang dikenal sebagai seorang cendikiawan muslim dan pernah jadi Ketua Umum PB HMI. Keduanya sepanggung dengan Bupati Buton Utara, Abu Hasan yang juga Presidium Korps Alumni HMI (KAHMI) Sultra. Ketiganya berbagi ilmu soal isu-isu radikalisme dan semangat kebhinekaan yang harus selalu terjaga.

Ketiganya bicara di depan forum Seminar Kebangsaan bertajuk Menangkal Radikalisme dan Meneguhkan Pancasila, yang digelar di aula DPRD Butur, Kamis (22/3) tadi. Acara ini digelar Majelis Daerah (MD) KAHMI Butur.

Dalam kegiatan ini, Akbar Tanjung menjelaskan banyak hal yang salah satunya adalah hadirnya paham radikalisme merupakan ancaman nyata bagi masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dapat menimbulkan korban antar sesama bangsa, sehingga dengan demikian harus di cegah.

Sementara itu Ansyaad Mbai menyebut persoalan radikalisme, bukan hanya lagi menjadi isu hangat di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Dikatakan isu radikalisme ini mulai mencuat dalam dua tahun terakhir. Setelah sebelumnya marak isu tentang terorisme.

“Kalau sekitar lima tahun yang lalu kita hanya bicara terorisme. Tapi sudah dua tahun terakhir, yang dibicarakan bukan lagi terorisme, tapi radikalisme. Pertanyaannya apa beda dua ini?, tidak beda. Terorisme anak kandung radikalisme,” ungkapnya.

Begitu pula dengan Abu Hasan. Bupati yang juga presidium Kahmi Sultra ini, menyajikan materi dengan topik, membangun daerah dengan spirit keislaman Rahmatan Lil Aalamin. Salah satu pesan yang disampaikan dalam kegiatan ini yakni dalam membangun bangsa tidak boleh ada dikotomi antara program pembangunan daerah dan program pembangunan nasional.

Begitu pula membangun daerah, kata mantan Karo Humas ini, juga tidak boleh ada dikotomi wilayah. “Membangun daerah adalah satu kesatuan wilayah, tidak boleh ada dikotomi wilayah, Buton Utara satu kesatuan wilayah,” kata Abu Hasan.(syp)

HMIRadikal