LENTERASULTRA.com-Ingatan warga Desa Wantiworo, Kecamatan Kabawo di Muna tentang kematian tragis La Ode Ngkuje, masih cukup segar. Lelaki berusia 45 tahun itu ditemukan tewas di sebuah jalan di pinggir kampung, menuju kebun, Selasa (6/2) malam lalu. Belakangan ketahuan, ia dibunuh massal oleh empat pemuda, lewat aksi pengeroyokan brutal.
Mereka adalah La Koti, La Onggu, La Ale, dan La Wono. Usai mereka rata-rata 20 tahunan. Dan aksi tak beradab mereka hingga nyawa La Ngkuje lepas dari raganya karena kesal atas kelakuan La Ngkuje dan anak lelakinya bernama La Mbiso, yang mereka anggap suka sok jago dan kerap menantang warga desa. Mereka mendadak mendapat kesempatan melawan, saat bertemu di suatu sore di kampung itu.
Pembunuhan massal terhadap La Ngkuje ini detail diperagaan keempat orang yang jadi tersangka itu dalam sebuah reka ulang di Mapolres Muna, Kamis (1/2) sore tadi. Setidaknya ada 21 adegan yang secara bergantian mereka peragakan. Peran mereka memang berbeda, tapi yang mereka konsumsi sebelum mengeroyok itu sama. Lima liter Kameko-Miras tradisional-jadi pangkal semua tragedi itu.
Pembunuhan itu berawal di sebuah sore, di Desa Wantiworo. Kala itu, empat sekawan ini duduk “melingkar”, menggelar Pesta Miras. Tak berapa lami, anak La Ngkuje bernama La Mbiso datang menghampiri La Wono. Keduanya sepertinya memang menyimpan masalah. Buktinya begitu bertemu, La Wono cabut badik. La Mbiso kabur.
Tapi kemudian anak muda itu muncul lagi dengan membawa parang. Saat mereka berhadapan, keduanya saling mempertontonkan aksi benda tajam. Parang di tangan La Mbiso ini terlepas. Takut diserang, ia kabur. Sejurus kemudian, La Ngkuje, ayah La Mbiso muncul memegang bongkahan batu. Semua peristiwa itu terlihat mereka yang sedang berpesta Miras, termasuk salah seorang bernama La Koti yang kemudian jadi salah satu tersangka.
“Mau melempar saya tahan. Saya bilang kasih turun. La Ngkuje langsung pulang menuju kios. Saya, habis ambil parang, saya buang kembali. Disitu, saya sudah tidak liat lagi korban,” pengakuan La Koti saat peragaan adegan kelima, Kamis (1/3).
Saat tak melihat lagi La Ngkuje, La Koti ke kios warga bernama Wa Emi. Disanalah dirinya bertemu lagi dengan korban. La Ngkuje sementara duduk, kemudian La Koti memukul pundak korban. “Saat bertemu, saya bilang, kita cari tempat lain. Habis itu pulang,” kata La Koti. Namun, saat La Ngkuje duduk membelakang, La Koti menginjak pelaku, lalu pulang ke kediamannya.
Berjarak 50 meter, La Ngkuje berteriak dan mengangkat tangan dengan kepalan batunya. Kemudian, La Koti mendatangi korban. Sementara, La Ongku membuang kembali parang yang dipegang. Kala, La Ngkuje ke kebunnya, La Koti pula menghampiri. “Saya suruh korban buang batunya. Kemudian saya ayunkan tanganku di lehernya,” terang La Koti kala mendorong lalu korban terjatuh dengan posisi jongkok.
Pada adegan 12, sudah mulai aksi beringas mereka pertontonkan. La Ongku, datang menginjak serta memukul sekali, namun tepat mengenai rahang korban. Kemudian korban ditinggalkan. Diperjalanan, mereka menemui La Ale dengan mengendari sepeda. Dalam percakapan itu, mereka berbincang terkait keberadaan La Ngkuje. La Ale pun ketemu La Ungku yang mengendarai kuda besi, lalu menuju ke kebun tempat korban.
Saat menemui korban, La Ungku memukul duluan. Pukulan keras itu, membuat La Ngkuje jatuh tersungkur. Tak mau dilewatkan, La Ale pula ambil bagian dengan menginjak belakang korban. Tal hanya itu, La Ale menginjak kembali kepala korban sebanyak dua kali. Tak puas, La Ale menarik dan memukul lagi korban hingga jatuh lagi.
Korban tak berdaya, La Ale kembali menendang korban tepat mengenai korban. Berdasarkan pengakuan pelaku dalam adegan itu, korban sempat bangun dan lari. Saat korban lari, La Ale mengikutkan lagi tendangannya dari belakang.
Korban jatuh tersungkur lagi. La Ale kembali melayangkan bogemannya tepat mengenai leher korban. Untung saja, ada sepeda motor melintas. La Ale dan La Ongku pun lari bersembunyi. Saat motor dikendarai Marno dan Wandoako melintas meninggalkan korban, mereka berpapasan dengan La Wono.
Saat adegan 18, disinilah diprediksi La Ngkuje bakal menemui ajalnya. Usai bercakap, La Wono memdatangi korban dengan memegang kayu balok. Tanpa basa-basi, korban saat itu terjatuh usai dijotos, La Ode Wonso alias La Wono memukul batang leher La Ngkuje, hingga kayu patah. Tak puas, La Wono kembali menghempaskan lagi, kayu dileher La Ngkuje.
Katanya, La Ngkuje kala itu, sudah mengeluarkan darah dan sudah terjatuh. La Ale dan La Onggu alias La Ongku, hanya menyaksikan dari balik persembunyiannya. Puas dengan aksinya, La Wono pun pulang. Diperjalanan, ia bertemu La Ale dan La Onggu. Ketiganya pun berboncengan. La Onggu pun bertindak sebagai motorik.
Ketiganya lalu pulang dan menuju kediaman La Puro lagi. Disana, mereka kembali menggelar acara melingkar, ditemani La Ode Mahmud alias La Rumpa, La Imu, La Mbone serta La Koti.
Dipenghujung adegan, seorang warga bermam La Nande ke kebun.
Disana, ia melihat korban. Ia pun memilih pulang dan memberi tahu saudaranya La Mbone. La Mbone pun langsung menuju kebun. Ia sempat memyiramkan air pada korban. “Tapi saya pegang kulitnya sudah dingin. Karena sudah bersemut,” akunya sembari mengaku korban tak memakai baju.
Kasat Reskrim Polres Muna, Iptu Fitayadi S. Sos dilokasi rekonstruksi mengaku, rekonstruksi dilakukan agar disesuaikan kejadian di TKP dengan BAP. Saat ini, berkas pelaku telah diserahkan ke pihak jaksa. Sementara, para tersangka, usai P21 baru dilimpahkan. “Pelaku dijerat, pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara,” tandas perwira dengan pangkat dua balok dipundaknya. (ery)