Warga Tongkuno Tewas Disambar Petir

Jasad Maya Arta dibaringkan di ruang tengah rumahya, sebelum dikebumikan Jumat (23/2) tadi sore

LENTERASULTRA.com-Maya Marta (42) dijemput ajal dengan cara yang sungguh tragis. Ibu dari delapan orang anak ini tewas setelah disambar petir depan rumahnya sendiri, di Desa Labasa Kecamatan Tongkuno Selatan, Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (23/2) sore lalu.

Kejadian tersebut bermula pada saat ia beserta anggota keluarga lainnya sedang berkumpul di bagian dapur, sore itu. Di luar rumah, cuaca terlihat sangat ekstrim. Hujan deras disertai petir menyambar-nyambar, membuat mereka memilih berdiam dalam rumah.

Kemudian Maya Marta mengambil sebuah parang dan menyampaikan pada anaknya, bahwa parang bisa menangkal petir. Parang ini harus disimpan di depan rumah mereka dan sang anak mengiakan perkataan sang ibu.

Aparat Polsek Tongkuno yang mengecek langsung kejadian tersebut menjelaskan bahwa pada saat korban dari arah dapur menuju depan rumah dengan maksud akan menyimpan parang tersebut, tiba-tiba petir langsung menyambar korban bersamaan dengan anaknya yang juga berdiri di depan korban. Ia langsung terjatuh dan tidak sadarkan diri. Sat dicek ternyata telah meninggal dunia.

Maya Marta, meninggal dengan kondisi hangus pada kepala bagian rambut dan hitam/lebam pada bagian dada, sedangkan anaknya, Usa Emanuel yang berada tepat di sampingnya mengalami luka robek pada jari kaki kanan. “Kami telah masyarakat agar lebih berhati hati serta mawas diri dalam beraktifitas di rumah walaupun di luar rumah pada kondisi hujan, karena mengingat saat ini sedang musim penghujan,” kata Ipda Syamsul Maarif, Kapolsek Tongkuno.

Sementara itu, Sahlan, warga setempat mengaku, kedua korban kala itu sementara memasak didapur. Sembari menunggu masakan matang, mereka mengisi waktu dengan membelah jambu mete. Karena, kondisi cuaca hujan deras, maka ibu yang memiliki anak 8 itu, turun ke tanah dengan maksud untuk tadah air hujan.

Nah, saat korban menadah air, ia juga memegang sebilah parang yang tak memiliki hulu. Disitulah, langsung disambar petir. “Sebenarnya itu, kalau musim hujan begini, tidak boleh pegang yang tidak memiliki hulu. Apalagi, ada api yang masih menyala. Akhirmya disambarmi. Mati di tempat,” ujar Sahlan.

Sahlan juga bercerita, korban tak langsung disambar petir begitu saja. Melainkan, menyambar dulu pisang. Makanya, pantulan dari pohon pisang merambah ke tubuh korban. “Roboh semua pisang yang ada disamping rumah. Akhirnya, percikannya kena korban. Semua luka memar tubuhnya sampai di belakang,” katanya.

Rumah korban tak begitu besar. Wa Ici nama panggilan korban langsung dikebumikan siang tadi, sekira pukul 15.00. Suami korban La Mondo hanya terlihat pasrah. Sedangkan anaknya, Use Imanuel, saat ini sedang menjalani perawatan.(ery)

petirtewas