Anak-anak Lambuno di Kolut yang Mendamba Sekolah Layak

Beginilah suasana belajar di kelas jauh SDN 1 Maruge, tepatnya di Desa Lambuno, Katoi, Kolaka Utara

Ilmu seringkali memang terlalu mahal bagi anak-anak pelosok. Tengoklah anak-anak di pegunungan Lambuno, Kolaka Utara, yang terpaksa belajar di bangunan berdinding papan seadanya. Mereka merajut cita-cita dalam kesederhanaan.

LENTERASULTRA.com-Bangunan itu benar-benar sederhana. Lantainya tanah, dindingnya disusun dari beberapa lembar papan yang terlihat tak begitu beraturan. Udara dan cahaya matahari bisa leluasa masuk dari sela-sela dinding. Jarak antara lantai dan atap pun tak sampai empat meter. Sangat tak sehat dalam kriteria bangunan sehat.

Tapi dari situlah, anak-anak Desa Lambuno, Kecamatan Katoi, Kolaka Utara merajut mimpi dan cita-cita mereka. 52 orang anak di tempat itu menyebut bangunan tersebut sebagai sekolah. “Ini hasil swadaya warga dengan segala keterbatasannya, pemerintah kami belum mau membangun sekolah di kampung kami,” kata Ikmal Maulana Fahmi, warga kampung tersebut.

Kisah ini dibagi Ikmal kepada lenterasultra.com lewat email yang ia kirimkan. Ia bercerita, sudah enam tahun terakhir, warga Desa Lambuno, Kecamatan Katoi, bolak balik menghadap Dinas Pendidikan Kolaka Utara. Mereka meminta agar di kampung mereka, yang di pegunungan Lambuno, bisa juga dibangun sekolah. Setidaknya ada lebih dari 100 anak di kampung itu butuh tempat belajar di desa mereka.

“Sayangnya belum ada respon,” kata Ikmal Maulana Fahmi. Kata Ikmal, orang-orang di kampungnya tak patah arang. Demi menyelamatkan banyak generasi di desanya, mereka kemudian meminta pihak SD Negeri 1 Maruge, sekolah terdekat dari Lambuno, untuk membuka kelas jauh, yang syukurnya direspon dan disetujui.

Maka, sejak dua tahun terakhir, anak-anak usia 6-8 tahun dari Lambuno bisa menikmati belajar dengan status sekolah negeri, di kampung sendiri. Mereka dikategorikan kelas I dan II. Total ada 52 anak. Sedangkan kelas 3,4,5 dan 6 masih menginduk di SD 1 Maruge. Hanya saja, tetap memprihatinkan kondisinya.

Anak-anak Lambuno yang mendamba sekolah layak di desanya

“Soalnya anak-anak itu harus jalan kali melintasi jalan gunung yang medannya tak ramah untuk ke sekolah. Jaraknya sekira 6 kilometer dan itu mereka tempuh setiap hari,” kata Ikmal. Untuk itulah, ia sangat berharap, mewakili orang-orang di kampungnya, lelaki ini meminta agar ada pihak yang peduli untuk membantu mereka membangun sekolah yang lebih layak.

Kondisi sekolah di Lambuno memang memprihatinkan. Fasilitasnya amat terbatas. Meja belajar pun tak sampai 10 unit. Ada tiga orang guru non PNS yang mau sabar memberi pengetahuan terhadap generasi-generasi baru Desa Lambuno. “Mereka memiliki mimpi menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” katanya.

Menariknya, Ikmal tak memilih mengajukan permohonan bantuan ke Pemda Kolut. Ia memosting kisah anak-anak Lambuno ini ke situs kitabisa.com, laman khusus untuk mereka yang bersedia berdonasi membantu pembangunan sekolah anak-anak Lambuno. Sampai hari ini, baru satu orang yang berdonasi dengan nilai Rp 400 ribu. “Kami sangat berharap donasi banyak pihak demi generasi Lambuno,” tukasnya.(abdi mahatma)

Kolutsekolah