LENTERASULTRA.com-Nur Alam memang menuntaskan tugasnya sebagai Gubernur Sultra periode 2013-2018 dengan sedikit ironi. Ia dijerat masalah hukum di ujung periode pengabdianya. Tapi bagaimanapun, ia punya banyak program menarik yang ditinggalkanya bersama Saleh Lasata. Salah satunya adalah Sultra Beribadah.
Tiap Jumat, semua PNS pria di Pemprov Sultra diwajibkan salat subuh berjamaah, plus salat Jumat di pendopo Kantor Gubernur Sultra. Program yang diluncurkan sejak akhir 2016 lalu oleh Nur Alam-Saleh Lasata (NUSA) itu diapresiasi luar biasa oleh Teguh Setyabudi, Pj Gubernur Sultra.
“Sholat subuh dan Jumat berjamaah sangat saya apresiasi. Mari kita lanjutkan,” kata Teguh saat acara pisah sambut di Rumah Jabatan Gubernur Sultra, Senin (19/2) malam lalu. Teguh menegaskan bahwa dirinya bukan tipe pemimpin yang suka merombak-rombak. Artinya, apa yang sudah baik akan dipertahankan sementara yang masih kurang akan ditingkatkan penataannya.
Komitmen lainnya adalah soal pemberian tunjangan penghasilan perbaikan (TPP) kepada para pegawai di Pemprov Sultra. Bagi Teguhsepanjang itu sesuai dengan aturan maka ia siap melanjutkan.
Katanya, Sultra bukan daerah baru buatnya. Dahulu, saat masih menjabat di Dirjen Otonomi Daerah, sembilan sampai sepuluh kali pernah menginjakkan kaki dan sebagai tanda matanya, Kabupaten Muna Barat, Buton Tengah dan Buton Selatan lahir. Bahkan, sudah khatam profil pembangunan Sultra dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang hampir selalu di atas capaian nasional.
“NUSA itu makhluk langka karena jarang ada pasangan yang bisa bertahan dua periode,” pujinya.
Satu peninggalan paling fenomenal, Sultra mampu mempertahankan status WTP beberapa tahun berturut-turut. Ini jelas menjadi PR berat untuk pimpinan definitif Sultra selanjutnya. Makanya, ia kembali pesan bahwa melanjutkan lebih baik daripada merombak-rombak sekenanya. (feb