Mahasiswa UHO yang “Goyang” PSK Pakai Upal Ditangkap

AKBP Susilo Setiawan, Kasubdit II Direktorat Kriminal Khusus Polda Sultra, (baju kuning) dalam rilis resminya di hadapan jurnalis, Jumat (19/1). Ia didampingi Kasubid PPID Humas Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh membeberkan penangkapan tersangka pengedar uang palsu

LENTERASULTRA.com-Masing ingat dengan Evi. Seorang PSK di Kota Kendari yang pernah melapor ke polisi karena “digoyang” tapi dibayar pakai uang palsu, Jumat (5/1) lalu? Perempuan muda itu kini tak usah lagi gusar. Polisi sudah menangkap pria yang mengencaninya, tapi membayar pakai duit jadi-jadian. Jadi, kalau masih mau menagih uang lelah, silahkan ke Polda Sultra.

Pria jahil itu berinisial JM. Usianya 26 tahun. Yang keterlaluan, ia ternyata berstatus mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo (UHO), jurusan Bahasa. Ia ditangkap Selasa malam (16/1) lalu di kediamannya, di Jalan Kelapa, Kelurahan Korumba, Mandonga, Kota Kendari.

Kejahatan memang selalu meninggalkan ketidaksempurnaan. JM bisa tertangkap karena keteledorannya sendiri. Dua hari setelah memboking Evi, dan berkencan di Hotel Mulia Inn, di Jalan Made Sabara, JM datang lagi ke hotel tersebut. Di duga, ia akan kembali mengencani seseorang.

Sang pegawai hotel yang tahu ada peristiwa sebelumnya di tempatnya bekerja ternyata bernaluri penyidik juga. Ia diam-diam mengambil foto JM, yang ia kenali sempat ke hotelnya, dua hari sebelumnya. Mengambi gambar kendaraan JM yang terparkir. Foto motor berplat DT 6270 BE itu kemudian ia laporkan ke pihak polisi.

“Begitu menerima laporan, kami langsung kembangkan dan memastikan yang mengencani perempuan dengan uang palsu itu adalah JM. Kami pun melakukan penangkapan kepada tersangka,” kata AKBP Susilo Setiawan, Kasubdit II Direktorat Kriminal Khusus Polda Sultra, dalam rilis resminya di hadapan jurnalis, Jumat (19/1).

Susilo yang didampingi Kasubid PPID Humas Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh menjelaskan, dari tangan tersangka diamankan barang bukti berupa uang palsu pecahan Rp 100 ribu sebanyak 7 lembar, printer pencetak duit serta helm dan motor pelaku.

Perwira ini menjelaskan, pihaknya memang sempat kesulitan melacak keberadaan pelaku usai berkencan 5 Januari lalu. CCTV hotel yang awalnya dianggap bisa jadi petunjuk ternyata sulit terdeteksi. Jejak di chatingan aplikasi beetalk dimana tersangka menggunakan akun Ardi, juga sudah dihapus.

“Pelaku masuk hotel menggunakan jaket, helm dan masker dan juga pelaku langsung menghapus akunya aplikasinya,” kata Susilo. Tapi ternyata, tersangka kemudian datang lagi ke hotel tersebut dengan tujuan yang sama, setelah chat dengan perempuan dan janjian di hotel itu.

Kepada penyidik, JM mengaku baru pertama kali mencetak uang palsu, dan menggunakannya untuk memboking PSK. Ia mengaku hanya iseng dan coba-coba. “Ternyata berhasil. Makanya, ia cetak lagi Rp 1 juta, untuk booking perempuan lain, lagi-lagi lewat Beetalk,” tambah Kasubdit.

Pengakuan tersangka, saat kencan keduanya itu, ia tak jadi “menggoyang” sang perempuan. Sepertinya ia khawatir akan ketahuan kedoknya, makanya meski sudah masuk ke kamar 16 sesuai perjanjian, ia batal beradu peluh. Uang yang sudah ia print itu, dibakarnya. Sampai akhirnya tertangkap.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus ini berawal dari laporan Nl alias Evi yang Jumat (5/1) petang datang di Mapolda Sultra. Perempuan muda yang ternyata bekerja sebagai penjaja cinta sesaat alias PSK ini melapor tertipu. Setelah digoyang, ia malah dibayar pakai duit palsu. Jumlahnya Rp 800 ribu.

Katanya, ia baru saja berkencan dengan seorang pria yang dikenalnya di aplikasi percakapan instan, Bee Talk, dengan akun bernama Ardi. Perkenalan yang berakhir dengan aksi beradu peluh meninggalkan kekesalan bagi Evi. Jasanya malah ditukar dengan duit jadi-jadian.

Kisah ini berawal saat Evi bersama dua rekannya, bernama RR dan RS membuka kamar di sebuah hotel melati di Jalan Made Sabara II Mandonga. Di kamar itu, ketiganya berselancar di dunia maya. Lewat aplikasi Bee Talk, RR kenal dengan sebuah akun bernama Ardi.

Singkat cerita, Ardi menawari RR kencan singkat, tapi RR menolak dan malah menawarkan rekannya Evi. Mereka pun sepakat, dan Evi tak keberatan untuk melayani kencan singkat, asal mau menyediakan dana Rp 800 ribu, untuk short time. Mereka pun janjian bertemu. Ardi disilahkan ke hotel di kamar 20.

Setelah Ardi datang, RR dan RS memilih menyingkir dan membiarkan kedua insan berlawanan jenis itu. Setelah itu, keduanya menuntaskan syahwat. Tuntas menggoyang Evi, Adri lalu mengeluarkan duit pecahan Rp 100 ribu sebanyak 8 lembar. “Habis itu dia ke kamar mandi dan buru-buru pakaian lalu pergi,” kata Evi di depan penyidik.

Perempuan yang tak disebutkan alamatnya ini kemudian membersihkan diri dan berpakaian. Ia meninggalkan hotel setelah sebelumnya memesan taksi. Rencananya, ia akan menemui dua kawannya, RR dan RS yang berada di hotel lain.

Saat ia membayar taksi, sang pengemudi merasa aneh denga duit Rp 100 ribu yang disodorkan Evi. Setelah diraba, dan diterawang, sang pengemudi taksi bernama Bobo yakin bahwa itu adalah duit palsu. Evi yang kaget lalu memeriksa kembali duit yang sudah ia terima dari pelangganya, dan ternyata semua palsu.

Evi murka. Ia mencak-mencak. Sudah memberi servis memuaskan, ia malah dibayar pakai uang palsu. “Pantas pale dia buru-buru pergi itu laki-laki. Karen uanganya palsu. Jengkelku deh,” katanya di depan penyidik.(jovi)

GoyangPSK