Elvis Basri Uno ; “Wasitnya” Wasit Sepak Bola di Sultra

Elvis Sedang memberikan materi praktek lapangan kepada wasit-wasit sepakbola di Sultra

Cerita sepak bola di Indonesia tak banyak soal prestasi. Seringnya urusan ribut di lapangan, dan itu karena tidak puas dengan kerja wasit. Butuh instruktur handal, untuk melahirkan pengadil berkualitas. Di Sultra, ada sosok Elvis Basri Uno. Ia adalah “wasitnya” wasit

Astil Roslan, Kendari

Sembari memainkan jari seperti sedang menghitung, laki-laki itu mulai mengingat sejak kapan ia berurusan dengan pluit, dan kartu. Ia lalu menyebut tahun 1990-an sebagai titik awal ia memulai kariernya di lapangan hijau. Bukan sebagai pemain, tapi pengadil.

Namanya Elvis Basri Uno. Lelaki kelahiran Makassar, 9 Juli 1960 ini sudah cukup kenyang dengan dunia sepak bola. Cita-citanya sebagai penggocek si kulit bundar memang tak kesampaian, tapi hidupnya tetap tak jauh dari sepak bola. “Saya memilih jadi wasit,” katanya ketika berbincang dengan lenterasultra.com.

Pria yang kini jadi pengurus utama KONI Sultra itu sekarang memilih jadi seorang instruktur wasit sepak bola. Urusannya, mengkader para pengadil lapangan hijau agar bisa profesional, tegas dan disegani pemain. “Sepertinya memang hanya saya di Sultra yang fokus jadi instruktur wasit, berlisensi PSSI,” tambahnya.

Elvis mengingat, kecintaanya terhadap dunia sepak bola sudah ada sejak kecil. Saat kelas 4 SD di Makassar, kebetulan rumahnya tak jauh dari Lapangan Hasanuddin. Kerap menyaksikan para pemain PSM Makassar berlatih, membuatnya tertarik. Sejak saat itulah ia mulai berlatih main bola.

Kemampuannya ternyata lumayan. Berkat bakatnya itu, Elvis muda sempat menjajal karier sepak bola profesional dan mencicpi pertandingan hingga bermain dengan anggota timnas pada tahun 1979 tepatnya di Jakarta.

Pria yang kini punya tiga anak itu juga pernah mewakili Sultra bertanding dalam kejuaran KNPI di Ambon pada tahun 1982. Kala itu ia tergabung dalam club PU Putra, yang memang sempat cukup disegani di jazirah Sultra. Sayang, ia memutuskan gantung sepatu tak lama setelahnya.

“Secara fisik saya tidak cukup memadai untuk melanjutkan karier profesional jadi pemain bola. Makanya saya memilih gantung sepatu saja,” katanya, Selasa (16/1) lalu di ruangan Wakil Ketua III KONI, Bidang Penelitian dan Pengembangan, posisi yang kini dipercayakan padanya.

Tapi Elvis ternyata tak benar-benar meninggalkan sepak bola. Tak jadi pemain, ia memilih jadi wasit. Kegiatan barunya ini mulai digeluti pada tahun 1990-an, tepatnya pada tahun 1993 dikukuhkan oleh PSSI menjadi wasit nasional.

Karirnya di dunia perwasitan juga tidak kalah menarik. Di usia 30 tahun, ia sempat dipercayakan oleh PSSI untuk menjadi pengadil lapangan hingga tahun 2016, di semua level pertandingan.
Tidak puas sampai disitu sangking cintanya kepada sepakbola dan ingin terjun lebih dalam lagi keduania perwasitan dia menjadi inspektur wasit yang mengatur wasit pada pertandingan-pertandingan yang bersifat home turnament.

Setelah itu dia mengikuti kursus yang diadakan oleh PSSI untuk menjadi seorang instruktur wasit di Magelang. “Alhamduillah berkat kerja keras, sekarang saya bisa menjadi Instruktur wasit satu-satunya di Sultra,” ujarnya.

Prestasinya kian meroket ketika menjadi instruktur wasit dan tugasnyapun kian berat yaitu membina wasit-wasit muda untuk menjadi wasit-wasit handal. Ketik ada program penyegaran di tingkat nasional yang diselenggarakan oleh PSSI maka dia memanggil wasit-wasit daerah untuk hadir.

Para wasit-wasit muda itu diberikan program-program untuk selanjutnya mengikuti tes di tingkat nasional hinga dinyatkaan lulus. Ayah dari seorang dokter yang kini tugas di Bali itu mempersembahkan hidupnya untuk kemajuan persepakbolaan. Berkat tangan dinginya, kini sudah banyak wasit-wasit dari Sultra yang memiliki lisensi sebagai pengadil di pertandinga resmi.(***)

Elviskoni