LENTERASULTRA.com-Datang dengan status penantang, dengan bekal dukungan hanya dua partai politik, Asmani Arif-Syahrul Beddu sama sekali tidak gentar menghadapi ketatnya persaingan di Pilkada Kolaka. Padahal lawan mereka adalah bupati dan wakil bupati petahana, Ahmad Safei dan Muh Jayadin, yang didukung 10 partai politik, pemilik 24 kursi di DPRD.
Selain percaya bahwa kekuatan rakyat yang nantinya menentukan, pasangan yang di rakyat Kolaka dijuga melihat deretan hasil Pilkada serentak yang sudah dua edisi digelar, yakni 2015 dan 2016. “Saya lihat trendnya, dari 14 kabupaten/kota, yang Pilkada, kencenderungan petahana kalah itu naik grafiknya,” kata Syahrul Beddu, Calon Wakil Bupati Kolaka.
Anggota DPRD Sultra ini merincinya. Di Konawe Utara, Buton Utara, Muna, Konawe Kepulauan, Buton Tengah dan Buton Selatan, adalah contoh daerah di Sultra yang kandidat petahana tumbang. Sedangkan yang menang hanya ada di Bombana, Mubar, Buton, Wakatobi dan Koltim.
“Melihat data itu, peluang penantang petahana itu sangat besar. Petahana yang menang pun selisihnya tipis sekali. Makanya, kami sangat yakin, di Kolaka, kecenderungan ini juga bisa saja terjadi. Apalagi melihat trend dukungan belakangan ini kepada pasangan Berani-SB,” kata kader Partai Golkar ini.
Syahrul mengatakan, sudah ada kalkulasi politik yang dilakukan terhadap kekuatan lawan. Selain itu, Asmani-Syahrul Beddu secara intens terus melakukan komunikasi lewat program Asmani-SB menyapa, yang tidak dilakukan calon lain.
“Kami harus pahami apa mau dan tuntutan mereka. Ketika masyarakat menentuka pilihannya, maka siapapun yang terpilih menjadikan kepentingan rakyatnya sebagai prioritas,” ungkap Syahrul Beddu saat ditemui di Gedung DPRD Sultra, Senin 15/1/2018.
Head to head dengan pasangan incumbent, Asmani-Syahrul siap menerima konsekuensinya. Bukan tanpa dasar pasangan ini sudah punya kalkulasi politik sebelum mengambil langkah. Hitungannya, dengan haed to head melawan petahana potensi untuk menang cukup terbuka lebar.
“Kalau kita melihat sejarah pilkada serentak Sultra, itu menunjukkan indikasi keberpihakan calon penantang ketimbang petahana. Banyak bupati yang terpilih lahir dari penantang. Itu sejarah,” sebutnya. Lanjut dia, kemudian dasar yang kedua berdasarkan survei internal, tingkat kepuasan publik petahana selama lima tahun tidak menunjukkan angka yang signifikan.
“Ini hasil survei internal kami yang dilakukan konsuktan politik kami. Kita sudah memiliki data terkait dengan survei itu. Saya tidak tahu juga dengan survei calon lain tentu mereka juga punya hitungan sendiri,” beber pria yang akrab disapa SB itu.
Menurut SB, banyaknya dukungan partai ke calon bukan menjadi indikator kemenangan. Banyak bukti bahwa incumbent tumbang sekalipun didukung mayoritas partai. “Yang menjadi penentu kemenangan adalah soliditas tim dan kemampuan meyakinkan masyarakat,” tegasnya.
Selain itu, Asmani-Syahrul semakin optimis bisa memenangkan Pilkada Kolaka karena telah mendapatkan dukungan dua mantan Bupati Kolaka, Adel Berty dan Buhari Matta. Bagi SB kedua tokoh itu menjadi dorongan kekuatan suara.
Misalnya, Adel Berty sebagai bapak pembangunan diterima semua masyarakat Kolaka. Sebab pada saat menjadi bupati akselerasi pembangunanan cukup cepat dan dinikmati masyarakat. “Kemudian doa dan dukungan dari Buhari Matta menjadi motovasi kami untuk memenangkan pertarungan. Tokoh ini juga cukup melekat dihati rakyat. Dukungan itu menambah kekuatan suara kami. Insya Allah beberapa tokoh-tokoh lagi sudah menyatakan sikap untuk bergabung dengan Asmani-SB,” cetusnya.
Untuk diketahui, di Pilkada Kolaka pasangan calon Asmani Arif-Syahrul Beddu didukung dua parpol pengusung yaitu Golkar dan PKS (total 6 kursi). Pasangan ini melawan incumbent Ahmad Safei-Jayadin dengan parpol pengusung PAN, PDIP, Gerindra, NasDem, Hanura, PBB, PKB, PKPI, Demokrat, PPP yang punya total 24 kursi di DPRD Kolaka.(isma)