Ridwan Minta Dugaan Tertembaknya Warga Laonti Diusut

Anggota DPR RI, Ridwan Bae mendengarkan penjelasan seorang warga mengenai insiden dugaan penembakan di Laonti yang membuat paha seorang warga tertembus peluru karet

LENTERASULTRA.com-Sarman kini sudah merasa lebih baik. Lelaki berusia 35 tahun asal Desa Tue Tue, Kecamatan Laonti, Konawe Selatan ini barus saja usai menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru dari pahanya. Sebutir peluru karet yang sejak Minggu (14/1) dini hari bersarang di paha kanannya, sudah diangkat tim dokter bedah di RSUD Bahteramas, sore tadi.

Sarman diduga menjadi korban penembakan oleh aparat bersenjata, yang ditugasi mengawal sebuah perusahaan pertambangan berbendera PT Gerbang Multi Sejahtera (GMS) di Laonti. Warga setempat, termasuk Sarman, yang memang menolak aktivitas tambang sampai ada kesepakatan soal nilai lahan, berusaha menghalau usaha pendaratan alat berat.

Itu terjadi Minggu (14/1). Sarman pun dibawa keluarganya ke RSUD Bahteramas untuk mendapat perawatan. Hingga akhirnya, sore harinya, proyektil peluru yang hampir dipastikan kepunyaan aparat, bisa dikeluarkan.

Anggota DPR RI, Ridwan Bae, sebelum bertolak ke Jakarta, Minggu (14/1), sempat mampir membesuk Sarman di RSUD. Sayangnya, karena bertepatan dengan operasi, Ridwan tak bisa bertemu langsung dengan warga Laonti itu. Meski demikian, dihadapan belasan keluarga korban, Ketua Golkar Sultra itu menyampaikan rasa simpatinya.

“Terus terang saya kaget dengan kondisi ini. Kekayaan alam yang harusnya jadi lumbung kesejahteraan rakyat malah jadi petaka. Seharusnya, jika ada konflik-konflik agraria di lahan tambang, tak mesti diakhirnya dengan tembakan,” sesal Ridwan, yang ia sampaikan di depan kerabat korban yang menemuinya di depan ruang bedah RSUD Bahtermas.

Sebagai anggota DPR RI, Ridwan meminta agar Kapolda Sultra, mungkin juga pimpinan institusi keamanan lain, bisa mengusut tuntas oknum yang serampangan menghambur peluru hingga mengenai warga. Ia berharap, semua bisa dibicarakan dengan persuasif, tidak dengan cara-acara agresif hingga jatuh korban.

“Saya akan bicara dan menyurat secara resmi ke Komisi III DPR RI (komisi bidang hukum) dan Komisi VII (komisi bidang Minerba), untuk mengambil langkah-langkah kongrit menyelesaikan masalah ini. Oknum yang melakukan penembakan ini harus dicari, karena negara membeli peluru bukan untuk menembak rakyat sipil,” tandas mantan Bupati Muna ini.

Ridwan juga meminta agar Bupati Konawe Selatan tidak diam melihat situasi ini. Sebagai kepala daerah, ia harus melibatkan diri menjadi penengah konflik warga dengan perusahaan. Harus ada solusi yang ditawarkan Bupati Konsel, kepada semua pihak agar kasus di Laonti tidak terulang lagi.

Sementara itu, seorang perwakilan keluarga Sarman, bernama Yamal mengaku konflik ini dipicu oleh sengketa lahan. Bagi warga, lahan dimana IUP GMS masih dalam posisi status quo karena masih dalam proses hukum di peradilan. Masalanya, pihak perusahaan bersikeras mengirim alat-alat beratnya untuk beroperasi, meski lahan belul klir.

“Aparat yang kawal alat-alat berat itu masuk lewat laut. Kami tidak mau menyebut dari institusi mana, yang jelas warga sudah kali ketiga menolak adanya aktivitas hingga puncaknya Minggu (14/1) pagi itu. Saat perahu-perahu warga bertemu di laut dengan kapal pengangkut alat berat perusahan, dan penembakan itu terjadi,” kata Yamal.

Dari video yang direkam oleh warga, bukan hanya polisi yang turut mengawal kapal tongkang milik tambang itu. Aparat berpakaian loreng menggunakan ruber boat meminta warga agar tidak melakukan penolakan. Namun, perintah aparat itu diabaikan oleh warga. Mereka tetap menggelar aksi dengan mengerahkan seluruh perahunya memblokade jalan masuk kapal tongkang di sekitar perairan Pulau Cempedak.

Nah, di situlah aparat berang. Karena memback up perusahaan tambang, mereka membabi buta mengeluarkan tembakan di kerumunan warga yang berada di atas kapalnya. “Yang menembak pakai topeng dari atas kapal. Kita tidak tahu dari kesatuan mana,” ungkap seorang warga bernama Agusran.

Sementara itu, Kapolres Konawe Selatan, AKBP Hamka Mapaita masih belum mau memberikan memberikan keterangan detail terkait kasus ini. Saat ditemui di rumah sakit Bahteramas Kendari, Hamka hanya mengaku ada anggotanya yang mengawal aksi masyarakat.(abdi)

Laontitembak