PT Kalla Kakao Resmi Jadi Kawasan Industri di Konsel

Bupati Konsel, Surunuddin Dangga berbincang bersama Presdir PT Kalla Kakao, Ahmad Zaky (berbatik) dalam acara persemian Kawasan Berikat Industri di Konsel, tadi siang

LENTERASULTRA.com-Gurita usaha Kalla Group merambah sektor perkebunan sebagai sebuah ladang bisnis potensial. Dan pilihannya jatuh di Konawe Selatan. Sebuah kawasan industri pengolahan Kakao hadir di daerah itu bahkan secara resmi sudah ditetapkan sebagai Kawasan Berikat dan Pengusaha Berikat.

Peresmiannya dilakukan Selasa (28/11) siang tadi di kompleks usaha PT Kalla Kakao Industri (KKI) di Ranomeeto, Konsel. Pejabat utama Kalla Kakao termasuk pihak pemerintah hadir, sebagai bentuk apresiasi besar atas hadirnya pusat ekonomi baru bagi daerah.

Bupati Konsel, H. Surunuddin sangat bangga dan bersyukur karena Kawasan Berikat Kalla Kakao bisa beroperasi di Konsel dengan fokus kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah biji kakao menjadi bubuk coklat, cairan coklat dan bentuk lainnya yang dididukung SDA Kakao Konsel yang memang melimpah.

Surunuddin menambahkan, berdasar statistik 2016, hasil perkebunan Konsel, komoditas terbesar untuk perdagangan antar pulau adalah Kakao yaitu sebanyak 28,35 Ton dengan nilai sebesar Rp 649,39 juta. Ini sejalan dengan Visi Konsel yang sejahtera, unggul dan amanah.

“Dengan kondisi Konsel yang memiliki kekayaan melimpah, pengembangan ekonomi lokal dan kehadiran kawasan Berikat diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah untuk produk kakao dan para petani kakao, dan terciptanya lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat Konsel,” jelas mantan Ketua DPRD Konsel ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Hj Sitti Saleha yang hadir mewakili Gubernur Sultra mengapresiasi kehadiran PT KKI yang masuk dalam kawasan Berikat. Ia berharap KKI tidak melupakan produk kakao Sultra, mengingat sentra produksi kakao bisa mencapai 200 ribu ton pertahun.

“Pemda harus membantu meningkatkan kualitas Kakao dengan membantu membina organisasi petani sehingga PT KKI tidak bergantung lagi terhadap bahan baku import, sehingga terus bertumbuh dan berkembang,” ujar mantan Pj Bupati Bombana itu.

Ia berharap agar izin eksport dari KKI dapat juga diterbitkan di Sultra sehigga komoditi eksport produk Kakao dapat tercapai dan tercatat sebagai komoditi eskport Sultra secara nasional yang tentunya menambah pendapatan daerah.

Presiden Direktur PT. Kalla Kakao Industri, Ahmad Zaky Amiruddin menguraikan bahwa perusahaannya itu secara konstruksi masuk di Sultra tahun 2013 dan beroperasi sekaligus eksport perdana produk kakao di tahun 2015 dengan negara tujuan ke Eropa dan terbesar ke Jerman, Belanda, Amerika serta Brazil.

Kata Ahmad Zaky, produk yang dihasilkan dan paling di gemari yakni Butter (lemak biji coklat), Coco cake (bungkil coklat), coco powder (bubuk coklat) dengan kapasitas olah mesin 30 ton perhari dan akan terus dikembangkan.

“Kendala kami saat ini masih minimnya bahan baku kakao, dimana rata-rata petani di Indonesia hanya mampu memghasilkan biji kakao 400-500 ton/hektar, yang idealnya 1000 ton/hektar. Untuk menutupinya harus kami import sehingga ini menjadi perhatian serius buat kami dan Pemda untuk gimana caranya menutupi kekurangan tersebut termasuk menggalakkan program rehabilitasi Kebun Kakao,” katanya.

Kakanwil Bea dan Cukai Sulawesi bagian Selatan (Kendari, Makassar, Malili, Pare-pare), Untung Basuki mengatakan bahwa kawasan berikat adalah perusahaan yang mendapatkan fasilitas kepabeanan khusus termasuk perpajakan karena produknya berorientasi ekspor.

“Jadi Keberadaan KKI yang pertama kali di Sultra akan menjadi tugas kami untuk mengembangkannya, dan diharapkan juga menjadi embrio tumbuhnya perusahaan serupa, untuk meningkatkan surpplus dan devisa untuk negara dan diharapkan masyarakat bisa ikut merasakan mamfaatnya,” tuturnya.(isma)

KakaoKonsel