Elektabilitas Golkar Jatuh

Pimpinan-pimpinan Partai Golkar di Sultra dalam sebuah kegiatan di Jakarta. Mereka wajib bekerja keras di Pemilu tahun 2019 nanti mengingat elektabilitas Golkar saat ini sedang anjlok gara-gara jerat hukum yang menimpa Ketua Umumnya, Setya Novanto

LENTERASULTRA.com-Calon-calon kepala daerah termasuk Calon anggota legislatif dari Partai Golkar harus bekerja lebih keras agar bisa memenangkan kompetisi politik tahun 2018 dan 2019 nanti. Elektabilitas “Beringin Rimbun” sedang jatuh saat ini.

Hasil survey nasional Poltracking Indonesia disebutkan, elektabilitas Golkar tersalip Partai Gerindra. Ini adalah pengaruh langsung dari kasus e-KTP yang dihadapi ketuanya, Setya Novanto. Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), masih bertengger di posisi puncak.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR mengutarakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaganya baru-baru ini, elektabilitas PDIP mencapai 23,4 persen.

Perubahan terlihat pada posisi kedua. Pada pemilu 2014 dan hasil survei beberapa lembaga menempatkan Golkar di posisi kedua. Pada survei kali ini, posisi Golkar disalip oleh Partai Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto itu mengantongi elektabilitas sebesar 13,6 persen, sementara Golkar 10,9 persen.

“Sedangkan partai lainnya di lima besar adalah Partai Kebangkitan Bangsa (5,1 persen, red) dan Partai Demokrat (4,2 persen, red),” ungkapnya kepada wartawan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Minggu (26/11).

Sekedar diketahui, saat Pemilu 2014 lalu, PDIP meraih suara 18,95 persen secara nasional. Sedangkan Golkar) di posisi kedua dengan 14,75 persen disusul Partai Gerindra) dengan 11,81 persen suara.

Menurutnya Hanta, salah satu alasan terbesar masyarakat dalam memilih partai adalah kesesuaian visi misi serta program kerja. “Mempunyai visi-misi dan program kerja yang baik atau sesuai sebesar 28,6 persen, adalah alasan publik paling banyak dalam menentukan pilihan partai,” terangnya.

Salah satu faktor yang menyebabkan suara Golkar turun, lanjutnya, adalah karena dinamika internalnya seiring dengan figur Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto yang terkena kasus hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal itu berdampak pada elektabilitas Golkar meskipun partai tersebut bukan partai yang bergantung pada figur.

Sementara, Ketua Harian DPP Partai Golkar, Nurdin Halid mengaku, tak terkejut dengan hasil tersebut. Ia memahami bahwa dinamika dan permasalahan yang terjadi di internal Golkar berdampak pada elektabilitas partainya.

Nurdin berharap, Golkar bisa memperbaiki elektabilitasnya seiring dengan rencana konsolidasi partai. “Jangan lupa, waktu masih 1,5 tahun. Insya Allah Golkar setelah konsolidasi bulan-bulan depan Insya Allah akan menduduki posisi nomor dua. Bisa juga menyalip PDI-P,” kata Nurdin di kesempatan yang sama.(net/abi)

CagubGolkar