LENTERASULTRA.com-Kedigdayaan Apriani Rayahu/Greysia Polii saat menjuarai turnamen Prancis Terbuka, Oktober lalu tak berlanjut saat ganda putri terbaik Indonesia ini berlaga di China Open. Apriani, pebulutangkis hebat asal Konawe itu tumbang bersama pasangannya setelah dikalahkan ganda asal Korea.
Apriani benar-benar merasa sangat menyesal atas kekalahan mereka itu. Padahal, bersama seniornya, pebulutangkis kelahiran Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe ini sudah unggul 20-17 di game ketiga. pada akhirnya, mereka malah kalah 20-23.
Pada pertandingan yang digelar di Haixia Olympic Sports Center, Fuzhou, China, Rabu (15/11) malam lalu, Apriani/Greysia menyerah dengan unggulan delapan asal Korea Selatan, Kim Hye Rim/Lee So Hee dengan skor 21-19, 7-21, 21-23.
Dilansir Antara, pada gim penentu, Greysia/Apriani sebenarnya sudah memimpin dengan 20-17. Namun pasangan Korea Selatan tersebut tak tinggal diam bahkan mampu menyamakan kedudukan menjadi 20-20 dan setelah terlibat dua kali setting point, Greysia/Apriani harus merelakan kemenangan bagi lawannya, 21-23.
Dalam pertandingan yang berlansung selama satu jam 21 menit ini Greysia/Apriani mengaku masih merasakan kendala di lapangan, meski sudah mencoba mempelajari permainan wakil China.
“Ini merupakan pertandingan baru lagi, dan kami sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik sebisa kami saat ini. Kami terlalu buru-buru tadi,” kata Apriani.
Kekalahan ini, lanjut pasangan Indonesia, harus bisa mereka terima dan lewati meski menyesal akibat di poin-poin terakhir.
“Kami juga inginnya menyelesaikan, tapi mau gimana lagi. Koh Didi (Eng Hian) juga tadi bilang habis pertandingan, mau gimana lagi, kemampuannya sudah segini mau diapain,” imbuh Greysia.
Untuk selanjutnya, pasangan peraih turnamen level Super Series Prancis Terbuka 2017 itu, bertekad akan melakukan perbaikan terutama terkait konsistensi. “Yang pasti masalah konsistensinya harus diperbaiki lagi. Habis juara terus mulai pertandingan baru lagi, gimana caranya kami harus lebih konsisten lagi,” ucap Greysia.
Apriani Rahayu kini jadi idola baru publik Sulawesi Tenggara. Perempuan muda asal Konawe itu berkibar namanya setelah masuk Pelatnas Bulutangkis, dan dipasangkan bersama seniornya, Greysia Poliia. Sebulan lalu, mereka menjuarai Prancis Terbuka.
Berpasangan dengan Greysia, Apriani akhirnya bisa merasakan gelar pertamanya yakni menjuarai turnamen grand prix, Thailand Terbuka, Juni 2017 lalu. Sejak saat itu, keduanya selalu jadi harapan Indonesia.
Sebagai referensi, Apriani lahir di Kelurahan Lawulo Kecamatan Anggaberi, Konawe 29 April 1998 lalu. Sejak umur 3 tahun, Ani-begitu ia dipanggil di keluarganya- sudah jatuh cinta pada permainan badminton. Waktu itu, wilayah Lawulo sedang demam bulutangkis.
Anak bungsu dari empat bersaudara pun mulai diperkenalkan dengan olahraga tersebut. Ia berlatih pertama kali menggunakan raket milik ayahnya yang dibeli 1983 lalu, di Makassar.
Beranjak ke usia sekolah dasar (SD) mereka melihat Ani semakin rajin berlatih, hingga ayahnya rela meratakan pekarangan belakang rumah untuk membuat lapangan. Tahun 2005, kala Ani berusia 7 tahun ia diikutkan kejuaraan tingkat kecamatan.
Tahun 2006 ikut Porda sekaligus seleksi nasional usia dini. Ia terus berlatih di sarana kegiatan bersama (SKB) karena GOR masih sementara dibangun. Ayahnya, Ameruddin bercerita, bila Ani hendak bertanding, seringkali ia meminjam uang demi Apriyani.
Situasi kian sulit karena motor yang biasa mengantar Apriani latihan harus dijual. Jadi saat akan berlatih, Ani biasa menunggu jika ada motor melintas dan minta menumpang. Jika tidak ada, dia lari sampai SKB, jaraknya sekitat 9 kilometer.
Akhirnya, sebuah titik terang mulai terlihat saat 2011, kala masih kelas 3 SMP. Icuk Sugiarto, maestro pebulutangkis Indonesia datang ke rumahnya untuk membawa Apriyani berlatih di klub binaannya, Pelita Jaya. Ani sudah bertekad berangkat. Meski ibunya menangis, namun ia tetap memberikan izin agar dia mulai berlatih dan tinggal di Jakarta.
Berkat perjuangannya dan orang tua, kini sosok Apriyani Rahayu menjadi kebanggaan Konawe, bahkan Indonesia. (abi/net)