LENTERASULTRA.com-Menceritakan Muna di masa kini, mungkin terdengar berlebihan bila disebut sedang menunggu kemajuan besar yang segera retas. Faktanya, derap pembangunanya memang tak setengah-setengah dikebut. Hanya sempat jeda sesaat ketika Pilkada digelar.
Di masa lalu, Muna akrab dengan aksi-aksi kekerasan jalanan. Tawuran antar gang, jadi langganan pemberitaan media massa lokal. Saling serang kelompok anak muda, seperti menjadi tradisi berbalut kebanggaan. Padahal, semua itu justru menurunkan maruah daerah itu.
Lalu Rusman Emba datang. Dilantik jadi Bupati Muna, Agustus 2016, ia mengusung berbagai gagasan peradaban. Aksi paling fenomenal adalah menuntaskan bengkalai tujuh tahun masjid Al Munajat yang merana di tepi laut Kota Raha. Melewati dua pemimpin daerah berbeda.
Dari masa ke masa, tak satupun kepala daerah di Muna yang melirik sektor wisata sebagai unggulan daerah. Barulah sekarang, parawisata dimaksimalkan ekpolrasinya. Mengusung tagline Mai Te Wuna, suatu ajakan untuk datang ke Muna, menyaksikan keindahan panorama alamnya, kekayaan wisata kulinernya, kekayaan budayanya dan keramahan masyarakatnya.
Tagline itu ternyata sukses meyakinkan pemerintah pusat untuk menggelontorkan anggaran besar tahun 2018 nanti, guna mengongkosi pengembangan destinasi wisata dan infrastrukturnya. Lewat skema Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Tahun depan baru ada anggarannya. Muna dapat Rp 110 miliar. Mudah-mudahan terealisasi,” kata Rusman Emba, Bupati Muna dalam sebuah perbicangan dengan lenterasultra.com, beberapa hari lalu.
Anggaran tersebut, kata dia, diporsikan bagi pembangunan insfrastruktur jalan, serta fasilitas lokasi wisata representatif serta lainnya, agar para wisatawan dapat berkunjung.
Tentunya, sisi kenyamanan diutamakan. Selain itu, wisata yang menjadi sasaran dalam pengembangannya nanti ada empat obyek wisata utama yakni pantai Towea, Meleura, Napabale serta Liangkobori.
Ujung tombak konsep Mai Te Wuna ini ada di Dinas Pariwisata. Institusi ini sudah menyusun berbagai konsep, agar daerah itu dikenal dari sudut berbeda.
“Wisata daerah ini sejatinya bersaing dengan wilayah lain, seperti Wakatobi. Tinggal soal bagaimana komitmen pemerintah daerah saja,” kata Dahlan Kalega, Kadis Parawisata Muna.
Ia merinci destinasi-destinasi eksotis di Muna yang selama ini tak terjamah oleh kebijakan. Ada destinasi bahari dan juga sejarah. “Kita punya Pantai Meleura, Goa Liangkobori, telaga Napabhale. Keindahannya sebanding dengan wilayah lain yang sudah lebih awal tersohor,” tambah Dahlan.
Ia menyebut, Bupati Muna menuntut lembaganya menjadi ujung tombak promosi wisata daerah, demi meningkatkan angka kunjungan wisatawan di daerah tersebut. Hanya saja, khusus tahun 2017 ini, mereka hanya fokus berpromosi.
Dalam waktu dekat misalnya, kata Dahlan, bakal digelar festival Pantai Meleura, sebuah destinasi keren di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna atau sekitar 18 kilometer dari pusat kota Raha dengan jarak tempuh sekitar 30 menit.
“Nanti tahun 2018, pembenahan infrastrukturnya kita mulai. Anggarannya tersedia. Belum lama ini kebetulan ada delapan wisatawan mancanegara. Mereka suka dengan alam di Muna hanya disarankan benahi infrastrukturnya,” pungkas Dahlan.(mualim)
Editor : Abdi Mahatma