LENTERASULTRA.com-Nama Apriani Rahayu kini kian berkibar di kancah bulutangkis internasional. Pebulutangkis asal Konawe itu, beberapa jam lalu, berpasangan dengan seniornya, Greysia Polii, sukses menjuarai turnamen super series, Prancis Terbuka.
Pasangan ganda putri yang kini jadi andalan Indonesia itu berhasil menundukan wakil Korea Lee So Hee/Shin Seung Chan di partai final, turnamen bergengsi itu.
Bertanding di Stade Pierre de Coubertin, Minggu (29/10) malam, Greysia/Apriyani menumpas Lee/Shin dua gim langsung 21-17, 21-15.
Nama Apriani Rahayu mulai mencuat saat Piala Sudirman, Mei lalu. Ia mendadak dipanggil untuk ikut Pelatnas. Gadis kelahiran Anggaberi ini, pada akhirnya ditunjuk mengganti Nitya Krishinda Maheswari, tandem Greysia yang sedang cedera.
Apriyani Rahayu akhrirnya benar-benar berlaga di Piala Sudirman. Tampil di fase grup Piala Sudirman 2017. Saat bertanding melawan Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen, ia kalah 18-21, 21-13, 13-21.
Tapi banyak harapan yang diperlihatkan Apriani. Penampilan ngototnya kala itu berulang kali mampu membuat serangan berbahaya. Ia bahkan dipuji salah satu legenda ganda putri Indonesia, Imelda Wiguna. Bagi Imelda, Apriani punya potensi besar.
Berpasangan dengan Greysia, Apriani akhirnya bisa merasakan gelar pertamanya yakni menjuarai turnamen grand prix, Thailand Terbuka, Juni 2017 lalu. Sejak saat itu, keduanya selalu jadi harapan Indonesia.
Siapa sebenarnya Apriani? Ia ternyata sudah lama menjadi penghuni pelatnas Cipayung. Apri-begitu ia bisa disapa-adalah pebulutangkis junior yang dipromosikan ke level senior untuk masuk di nomor ganda putri.
Apriani lahir di Kelurahan Lawulo Kecamatan Anggaberi, Konawe 29 April 1998 lalu. Sejak umur 3 tahun, Ani-begitu ia dipanggil di keluarganya- sudah jatuh cinta pada permainan badminton. Waktu itu, wilayah Lawulo sedang demam bulutangkis.
Anak bungsu dari empat bersaudara pun mulai diperkenalkan dengan olahraga tersebut. Ia berlatih pertama kali menggunakan raket milik ayahnya yang dibeli 1983 lalu, di Makassar.
Beranjak ke usia sekolah dasar (SD) mereka melihat Ani semakin rajin berlatih, hingga ayahnya rela meratakan pekarangan belakang rumah untuk membuat lapangan. Tahun 2005, kala Ani berusia 7 tahun ia diikutkan kejuaraan tingkat kecamatan.
Tahun 2006 ikut Porda sekaligus seleksi nasional usia dini. Ia terus berlatih di sarana kegiatan bersama (SKB) karena GOR masih sementara dibangun. Ayahnya, Ameruddin bercerita, bila Ani hendak bertanding, seringkali ia meminjam uang demi Apriyani.
Situasi kian sulit karena motor yang biasa mengantar Apriani latihan harus dijual. Jadi saat akan berlatih, Ani biasa menunggu jika ada motor melintas dan minta menumpang. Jika tidak ada, dia lari sampai SKB, jaraknya sekitat 9 kilometer.
Akhirnya, sebuah titik terang mulai terlihat saat 2011, kala masih kelas 3 SMP. Icuk Sugiarto, maestro pebulutangkis Indonesia datang ke rumahnya untuk membawa Apriyani berlatih di klub binaannya, Pelita Jaya. Ani sudah bertekad berangkat. Meski ibunya menangis, namun ia tetap memberikan izin agar dia mulai berlatih dan tinggal di Jakarta.
Berkat perjuangannya dan orang tua, kini sosok Apriyani Rahayu menjadi kebanggaan Konawe, bahkan Indonesia. Ia kerap kali menjadi pemain andalan klub Jaya Raya Jakarta untuk nomor ganda putri dan ganda campuran, dan kini perlahan gelar-gelar juara ia rebut. Selamat…(abi/net)