Sampah Jadi Listrik ; Kreasi Keren Pemimpin Jaman Now

Walikota Bogor Bima Arya didampingi Dr Asrun, saat masih menjadi Walikota Kendari melakuan kunjungan ke TPA Puwatu tahun 2016 lalu

LENTERASULTRA.com-Saban senja, selalu ada “ritual” yang ditunggu 120 warga yang bermukim di kawasan pemukiman di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPAS) di Puuwatu, Kota Kendari. Saat yang ditunggu adalah ketika petugas pengelola TPA datang menghidupkan genset genset, yang jadi sumber energi listrik warga.

Seketika, pemukiman yang awalnya gulita itu berubah jadi benderang. Begitulah wajah kawasan pemukiman warga di perumanan mandiri energi di Puuwatu itu. Berkat itu, Fajar bersama keluarga kecilnya yang mendiami rumah mungil berukuran 6X6 meter akhirnya bisa merasakan hadirnya peradaban. “Sudah bisa juga kami nonton TV,” katanya.

Durasi terangnya memang masih terbatas. Hanya mulai pukul 17.30 Wita hingga jam 24.00 Wita. Sedangkan saat Ramadan, padam saat jam 22.00 dan menyala kembali jelang sahur sampai subuh. “Tapi kami sudah sangat bersyukur bisa merasakan listrik gratis ini,” katanya ketika ditemui lenterasultra.com, Kamis (25/10) lalu.

Ia bercerita, di kawasan itu ada 120 warga yang menikmati fasilitas listrik gratis dan kompor berbahan bakar gas metan dari TPA sejak akhir tahun 2013. “Waktu pertama dibuka, sedikit sekali petugas kebersihan yang mau tinggal disini karena belum ada fasilitasnya, sekarang listrik gratis untuk memasak juga sudah pake gas metan,” lanjut Fajar.

Kawasan perumahan keren ini dibangun Pemerintah Kota Kendari di era Dr Asrun jadi Wali Kota Kendari. Sebagai seorang enginering, Ketua PAN Kota Kendari ini masuk kategori pemimpin-meminjam istilah kekinian-jaman now. Ia mengerti soal inovasi dan kreativitas sebagai seorang pemimpin.

Sejak Oktober tahun 2013, sampah diolah dan gas metan yang ada dalam kandungannya dijadikan listrik dan bahan bakar untuk memasak warganya. Proyek ini dikenal sebagai Kampung Mandiri Energi Puwatu seluas 1 hektare.

Sejak  dibangun  sekitar  4 tahun lalu, setiap rumah dijatah listrik sebesar 450 watt, dari total daya  listrik yang dihasilkan mesin genset sebesar 70 Kva.

“Meskipun sudah dijatah, namun masih ada beberapa warga yang menaikkan daya listrik ke rumahnya, tapi kentara kalau ada yang curi listrik, lampu diperumahan berkedip-kedip,” kata Anas, pengelola mesin genset, yang juga Ketua RT 25 RW 29 Kelurahan Puwatu.

Selain menyediakan listrik untuk warga perumahan mandiri energy, genset yang direkayasa dari mesin mobil itu juga menyuplai 5 unit lampu jalan dipemukiman itu.

Kesuksesan pemerintah kota Kendari mengelola gas metan sehingga bisa menghasilkan energy listrik membuat TPA Puwatu terkenal hingga mancanegara.  Sebagai bentuk appresiasi tehadap kesuksesan itu, berbagai penghagaan telah diraih TPA Puwatu.

Mulai dari penghargaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) kategori Komitmen Daerah dalam Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan dari Bappenas tahun 2013, Adipura Kencana Tahun 2014 dan 2015, Penghargaan Energi Prabawa dari Kemeterian Enegri dan Sumber Daya Mineral katgori the most inspiring, serta penghargaan TPA Tebaik tahun 2016 dan 2017.

“Di Indonesia masih kita yang terbaik pengelolaan TPA-nya, makanya banyak daerah yang sudah melakukan  studi banding dan menduplikasi yang sudah kami lakukan disini, bahkan ada beberapa daerah yang kami turun langsung melakukan pendampingan dan Alhamdulillah berhasil, seperti di Kota Bau-bau, Bone, Palopo, dan Maros,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari Moh. Nur Rasak.

Selain mendampingi secara tekis langsung ke daerah, terdapat beberapa daerah yang  meminta pendampingan jarak jauh dengan cara berkonsultasi melalui telepon, seperti kabupaten di Jawa, Sumatera, Palu, Maluku dan Ambon.

Tak hanya dari dalam negri, sejumlah negara juga telah berkunjung ke TPA Puwatu untuk melihat pengelolaan TPA yang murah namun bisa menghasilkan energy listrik. Seperti Prancis, Jerman, Belanda, Amerika, India, Australia, Jepang dan Singapura.

“Yang baru-baru ini datang dari Jepang penasaran dengan mesin mobil (Toyota) yang semula berbahan bakar bensin (premium) diubah menjadi bahan gas metan, ini katanya yang akan dilaporkan kembali kenegaranya,” tuturnya.

Rasak menjelaskan gas metan di TPA Puwatu berasal dari pembusukan  sampah yang dikelola dengan sistem sanitary land fill, sebelum sampah ditimbun terlebih dahulu  dibuat jaringan gas metan menggunakan pipa, melalui jaringan pipa inilah gas metan dialirkan menuju mesin yang sudah direkayasa berbahan bakar gas metan.

Dari mesin inilah listrik berasal, kemudian  dialirkan kerumah warga dan kawasan TPA untuk membantu petugas yang bekerja dimalam hari.

Saat ini sampah yang masuk di TPA Puwatu sebanyak 160-180 ton perhari, sampah ini didominasi sampah rumah tangga dan pasar, dimana sekira 65 persen sampah yang masuk merupakan sampah oganik.

“Kita apresiasi walikota sebelumnya (Asrun) yang mengelola sampah dengan optimal, kita tau sampah itu kalau tidak di kelola banyak masalah yang ditimbulkan utamanya masalah lingkungan, apalagi hasil penelitian daya rusak gas metan ini lebih dari 20 kali lipat dari karbon dioksida,” ungkap Akademisi universitas Muhammadiyah Kendari Mochammad Assiddieq.

Pengelolaan gas metan yang dilakukan Pemerintah Kota Kendari di TPAS Puwatu merupakan salah satu langkah maju pengurangan dampak gas rumah kaca, namun ia mengusulkan agar pengelolaan sampah yang bisa menghasikan gas metan  tidak hanya di TPA, namun dilakukan ditingkat kelurahan atau kecamatan agar bisa memberikan mafaat yang lebih besar kepada masyarakat.

“Penanganan sampah di Kota Kendari kan terkendala akses armada mobil pengangkut sampah dan tenaga kerjanya, kalau pengolahan dekat dengan masyarakat kan bisa lebih baik,” katanya.

Ia  menambahkan  pengelolaan energy alternative dari sampah atau kotoran hewan masih sangat  potensial di Kota  Kendari, dari segi jumlah penduduk yang terus bertambah akan berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan, jika ini bisa dikelola dengan baik, maka ketahanan energy bisa tercapai. (Sumarlin)

Editor : Abdi Mahatma