Pilgub Sultra Diprediksi Empat Paslon

FOTO :ISTIMEWA
Tiga calon gubernur Sultra, masing-masing Ali Mazi, Asrun dan Rusda Mahmud saat acara paparan visi misi. Kebetulan atau tidak, hasil survey ketiganya relatif bersaing ketat dan diprediksi akan sampai ke KPU untuk mendaftar.

LENTERASULTRA.com-Sepanjang Oktober 2017, konstalasi politik lokal Sultra terasa sangat dinamis. Tapi yang paling diingat publik Bumi Anoa tentu saja adalah retasnya pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas (AMAN), yang diwarnai riak di Partai Golkar dan dipungkasi dengan deklarasi besar.

Setelah poros AMAN yang didukung Nasdem dan Partai Golkar lahir, muncul pula kutub baru yang tak kalah heboh. Hugua, mantan Bupati Wakatobi menyampaikan kabar jika ia bersama Asrun, mantan Wali Kota Kendari sudah resmi berpasangan. Asrun, 01-nya, sedangkan Hugua jadi Wakil.

Meski belum ada pernyataan resmi dari Asrun, keakurasian kabar ini sudah bisa dipertanggungjawabkan. Selain di klaim diusung PDIP, para pengurus PAN di Sultra juga sudah membenarkan. Pasangan ini tinggal menuggu rekomendasi tertulis, dari DPP partai masing-masing.

Lalu masih adakah poros baru yang akan lahir? Pengamat politik Sultra, Prof Eka Suaib punya keyakinan bila satu pasangan dari jalur parpol masih akan lahir. “Sangat mungkin masih akan lahir satu pasangan calon lagi,” kata Prof Eka, Senin (23/10) siang, saat dihubungi lenterasultra.com.

Asumsi itu dibangun melihat masih ada beberapa partai politik yang belum mengumumkan kandidat yang akan diusung di Pilgub. Tapi, menurut pengajar di FISIP UHO ini kemungkinan untuk bergabung dengan dua poros yang sudah ada, juga tetap terbuka.

“Saya kira, head to head sudah sulit melihat kondisi sekarang. Satu calon lain dari Parpol masih akan keluar, plus kalau jalur perseorangan yang diupayakan pasangan WON-Andre lolos, maka empat pasangan bisa muncul untuk Pilgub 2018,” urai Eka.

Saat ini, setidaknya masih ada Partai Demokrat, PKS, Gerindra, Hanura, PPP dan PKB yang belum menentukan sikapnya. Tapi sangat sulit jika enam parpol itu bersatu, dan mengusung satu kandidat sendiri.

“PKS misalnya, secara historis itu dekat dengan Asrun. PKB juga kemungkinan bergabung dengan gerbong Asrun,” tambah mantan anggota KPU Sultra itu. Yang paling masuk akal berkoalisi adalah Demokrat, Gerindra dan Hanura.

Saat ini, ada tiga atau empat nama kandidat calon gubernur yang dukungan partainya belum jelas. Rusda Mahmud, La Ode Ida, Masihu Kamaluddin dan Rusman Emba. Tapi bagi Eka, peluang untuk Rusda Mahmud diusung parpol, masih lebih besar peluangnya.

“Rusda itu punya sejarah dengan Demokrat. Dia pernah jadi dewan pembina. Saya kira, peluangnya diusung Demokrat lebih besar. Tapi apakah, ia mendapatkan tambahan dukungan tambahan, tergantung intensitas komunikasinya,’ tambah Eka.

Meski demikian, Prof Eka tidak mengambaikan peluang kandidat lain. Semua kemungkinan masih bisa terjadi, apalagi waktu yang tersisa untuk mendaftar ke KPU masih lumayan lama.

Melihat peta politik nasional sekarang ini, partai-partai politik cenderung berkolaborasi dengan yang satu ideologi atau satu gerbong di Pemilu Presiden 2019. Tujuannya agar gerbong bisa satu nakhoda, jika sampai di daerah sudah pula satu gerbong.

“Faktor utama parpol itu biasanya kepentingan jangka panjang. Apakah platformnya sama atau tidak. Misi politiknya di 2019, diusahakan sudah harus sinergi sejak Pilkada. Kalau dukungan terhadap kandidat sukses, maka tidak sulit mengkonsolidasikan pemenangan Pilpres,” tandasnya.

Faktor lain yang ia sebut bisa memengaruhi keputusan partai adalah jika seorang kandidat bisa memenuhi espektasi partai di tingkat lokal. Peluang menangnya ada, serta yang tak kalah penting adalah lobi politik.(abi)

AsrunPilgub