LENTERASULTRA.com-Sangkaan sebagai pembunuh suami sudah melekat pada diri Andi Erni. Apalagi polisi sudah menetapkannya sebagai terduga pelaku penikaman yang membuat Musakkir Sarira, Ketua DPRD Kolut, dijemput ajal, Rabu (18/10) lalu.
Hanya saja, perempuan kelahiran 25 Mei 1980 itu menolak dianggap telah sengaja menikam sang suami, apalagi dengan alasan dibalut rasa cemburu. Tragedi Selasa (17/10) malam, di rumah mereka murni karena kecelakaan dan sama sekali tidak ada unsur sengaja.
Kisah ini diceritakan Andi Erni, kepada beberapa aktivitas Aliansi Perempuan (Alpen) Sultra, sebuah lembaga yang konsen pada isu advokasi kasus kekerasan terhadap perempuan, yang menemuinya di tahanan Polres Kolaka, beberapa hari lalu.
Alpen, mengutip cerita Andi Erni, membuat kronologis berbeda seperti yang selama ini beredar di media massa, yang bersumber dari Kapolres Kolaka Utara, AKBP Bambang Satriawan. “Informasi yang beredar ke media hanya bersumber pada satu orang saja,” kata Hamida Karim, Direktur Alpen Sultra, dalam rilis tertulis institusi ini yang dikirim ke berbagai media, Senin (23/10).
Alpen menilai bila media selama ini memojokan Andi Erni. Seolah-olah, sumber kekerasan rumah tangga berasal dari tersangka. “Saya tidak membunuh suami karena cemburu. Berita itu salah,” kata Andi Erni, seperti dikutip dari rilis Alpen Sultra.
Versi Andi Erni, Selasa (17/10) malam lalu, ia dan suaminya memang sedang cekcok. Tapi bukan hal yang serius. Erni hanya bertanya pada suaminya, alm Musakir Sarira terkait perseteruannya dengan seorang kawan di media sosial.
Saat itu ditanyakan, suaminya pun marah dan menyalahkan Andi Erni, kenapa harus membela teman-temannya tersebut dibanding dia. Pertengkaran pun terjadi tapi tidak sampai terjadi kekerasan fisik.
Musakir lantas keluar rumah untuk menenangkan pikiran dan meninggalkan ibu tiga anak itu di rumah. Beberapa jam kemudian, Andi Erni masuk ke kamar untuk menidurkan anak-anaknya dan juga beristirahat. Andi Erni sesuai kebiasan sebelum tidur.
Beberapa saat kemudian gerendel pintu teralis besi di kamarnya bergoyang. Andi Erni lantas berdiri untuk mengecek siapa yang membuat pintu tersebut bergoyang akan tetapi tidak ada orang. saat hendak kembali tidur, pintu besi kembali bergoyang tapi tetap tak terlihat ada orang.
Wanita berusia 37 tahun itu lalu mengambil pisau pemotong buah yang selalu ada di kamar, kemudian menghampiri arah suara dari pintu itu. Ia kaget karena sekonyong-konyong ada sosok tubuh berbaju putih mendekat kearah pintu. Refleks, ia menghunus pisau dan menusuk tubuh, yang ternyata adalah suaminya.
“Saya sama sekali tidak berniat mencelakai suami saya. Itu murni kecelakaan,” kata Andi Erni, seperti dikutip dari rilis yang dikirim Alpen. Sejurus kemudian, melihat suaminya yang berlumur darah, wanita itu dengan gugup menarik sarung dan kain celana pada kerangjang cucian untuk membersikan darah yang berceceran di lantai kamar.
“Itu mi kita Ayah, sudah tahu saya penakut masih juga kita bercanda begini,” kata pegawai di Dinkes Kolut itu, sembari melirik ke suaminya yang bergerak ke arah meja makan untuk duduk.
Andi Erni lalu menelepon dokter atas perintah suaminya yang saat itu sedang duduk di meja makan karena enggan dibawa ke rumah sakit. Dokter yang datang beberapa menit kemudian menyarankan untuk membawa Ketua DPRD Kolut itu ke rumah sakit.
Pengakuan Andi Erni, di rumah sakit, sang suami sesekali menyampaikan ke orang lain yang ada di ruangan itu bahwa peristiwa itu adalah kecelakan, dan bukan disengaja.
“Kami tak hanya mencari tahu kronologis, kami juga menggali soal dalam terkait relasi kehidupan rumah tangga pasangan ini. Ternyata dari pengakuan AE (Andi Erni), selama 10 tahun berumah tangga, ia kerap mengalami kekerasan,” tambah Hamida Karim.
Secara resmi, Alpen meminta agar media menyampaikan berita yang berimbang dan sesuai fakta seperti yang diungkapkan oleh Andi Erni. “Sebaiknya menggunakan perspektif perempuan sebagai korban kekerasan,” pinta Hamida.
Alpen juga meminta agar semua pihak, baik keluarga kedua pihak, termasuk masyarakat umum untuk melihat lebih jauh persoalan ini sebagai refleksi atas relasi laki-laki dan perempuan yang timpang dalam ranah domestik.
Organisasi perempuan ini boleh punya kisah dari perspektif berbeda, yang diklaim dikutip dari cerita tersangka. Yang jelas, polisi sudah menetapkan Andi Erni sebagai terduga pelaku. Versi Kapolres Kolaka Utara, motifnya karena cekcok yang dipicu rasa cemburu hingga tersangka tega menghujam pisau ke dada politisi PDIP itu.(abi)