Malam Ini, Nur Alam Kembali ke Jakarta

FOTO : WD ISMAWATI/LENTERASULTRA.com
Nur Alam berjalan berangkulan dengan dua putrinya, sesaat setelah tiba dari Jakarta.
Nur

LENTETASULTRA.com-Aturan tetaplah aturan. Ia tak bisa dikompromikan dengan alsan apapun. Nur Alam ternyata tak bisa berlama-lama di Kendari. Ia hanya diberi kesempatan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama 24 jam keluar dari tahanan Rutan Guntur.

Kabarnya, petang nanti, selepas magrib, gubernur Sultra non aktif itu sudah harus kembali terbang ke Jakarta. Terhitung sejak pukul 05.00 WIB ia keluar dari Rutan, dan pukul 22.00 WIB sudah harus kembali ke Jakarta.

Tapi sebelum masa itu tiba, dan mumpung masih ada waktu, ribuan manusia yang memadati rumah duka langsung meringsek mendekati Nur Alam, setelah mantan Wakil Ketua DPRD Sultra itu menunaikan tugasnya, mengantar sang ibu ke peristirahatan terakhir.

Ratusan warga rela desak-desakan hanya untuk bersalaman dengan Nur Alam. Mungkin itu lambang dari kerinduan mereka terhadap dirinya.

Bupati Konawe, Kery Konggoasa (berkacamata) berada diantara ribuan pelayat di rumah Nur Alam di Konda

Bupati Konawe, Kery Konggoasa melihat gairah banyak orang ingin hadir di rumah duka, salah satunya karena mereka sangat mencintai Nur Alam. Bagi Kery, gubernur Sultra non aktif itu, adalah simbol penyatuan seluruh elemen.

“Ini renungan bagi tokoh tokoh masyarakat. Kita butuh memang seorang seperti Nur Alam yang merekatkan kita. Anda lihat sendiri kan, mereka yang sikap politiknya mungkin berbeda, sekarang hadir. Karena apa? Karena mereka tahu, bahwa Nur Alam adalah sosok pemerstu,” Kery berbincang dengan jurnalis lenterasultra.com di sela-sela menunggu kehadiran Nur Alam.

Bagaimanapun, kata Ketua Harian DPW PAN Sultra itu, banyak orang-orang besar di Bumi Anoa yang lahir karena campur tangan Nur Alam. Makanya, tidak heran jika hari ini ribuan orang rela meninggalkan aktivitasnya demi memberi empati dengan apa yang dihadapi gubernur Sultra non aktif itu.

Masyarakat berdesak-desakan ingin bersalaman dengan Nur Alam setelah ia mengantar ibundanya ke pemakaman. Wajah pria ini tetap tegar, dan tak henti mengembangkan senyum

Nur Alam memang seperti magnet. Kehadirannya seperti sebuah rindu yang buncah. Semua ingin berebut salaman, mencium tangannya dengan sedikit sesungguk tangis yang disembunyikan.(isma)

Editor : Abdi Mahatma

Gubernurnur alam