LENTERASULTRA.com-Mulai Minggu (24/9), kesibukan di Bandara Haluoleo akan bertambah intensitasnya. Rombongan jamaah haji asal Sultra dijadwalkan pulang, hari itu. Kloter 19 dengan jumlah jamaah 442 orang, jadi yang pertama mendarat di Bumi Anoa.
Setelah kloter 19, berturut-turut akan pulang kloter 20, 21, 22, dan 23 dari berbagai daerah lain di Sultra, dengan moda transportasi berbeda, setelah mereka tiba di Makassar. “Yang Kloter 19 itu dari Kota Kendari,” sebut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sultra, Abd Kadir.
Pengajar non aktif di IAIN Kendari itu menyebut, jamaah haji asal Sultra yang jumlahnya 2.012 orang kini sudah berada di Madinah untuk menyaipkan diri sambil menunggu dipulangkan. “Mereka akan mulai terbang dari Madinah, tanggal 23-26 September nanti,” katanya.
Sekarang, kata Kadir, seluruh petugas dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Sultra melalui Kanwil Kemenag Sultra, sudah menyiapkan segala kebutuhan untuk kepulangan haji. Ia sendiri nantinya akan menyambut kedatangan kloter 19 sebagai penerbangan pertama dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah ke eembarkasih Makassar, 23 September.
“Mereka menginap satu malam di Makasar lalu, kemudian 24 September mendarat di Bandara Halu Oleo,” terang mantan Ketua KPU Sultra itu.
Selanjutnya, sambung Abdul Kadir, kloter 20 akan berangkat pada 24 September dari Madinah dan diperkirakan tiba di Embarkasi Makasar pada hari yang sama. Tergabung dalam Kloter 20, ada 446 jamaah. Mendarat di Bandara Halu Oleo pada 25 September.
“Kloter 21 berangkat 25 dan tiba 26 September sebanyak 445 jamaah,” tambahnya. Sementara untuk Kloter 22, berangkat pada 26 dan tiba 27 September sebanyak 447 jamaah. “Dihari yang sama berangkat juga Kloter 23 berjumlah 222 jamaah.
“Kita langsung serahlan pada Kemenag kota/kabupaten supaya teratur dan terarah. Jadi setiap daerah ada penanggungjawabnya. Merekalah yang nanti mengurus jadwal pulang ke daerah masing-masing,” beber dia.
Pada penyelenggaraan haji kali ini, ada empat jamaah Sultra yang meninggal dunia di tanah suci. Kempatnya adalah Syafiruddin Lame Manggi asal Bombana wafat pada 3 September, Muhammad Darwis Razak asal Kendari wafat pada 4 September, Madinusa La Bungandera asal Wakatobi wafat pada 5 September dan Jumra Umar Daeng Pawinru asal Kolaka wafat pada 21 Agustus.
“Mereka telah dimakamkan di Sharaya-Mekkah. Seluruh biaya pemakaman ditanggung oleh pemerintah. Hampir semua penyebab kematian indikasi penyakit jantung,” tutupnya. (isma)
Editor : Yanti Aprilianti