Kisah Fadil, Peminum 28 Butir PCC yang Tak Sempat Gila

Ilustrasi PCC

“Waktu itu saya hanya diam dan baring, tiga hari tiga malam. Tidak tidur dan tidak bangun juga. Apa namanya begitu?”

LENTERASULTRA.com-Badannya kurus, kulitnya hitam dan di tubuhnya ada tindik tato. Hobinya mengenakan topi dan jaket hitam. Lelaki berusia 21 tahun itu sedang menikmati hari-harinya tanpa pil Paracetamol, Carisoprodol dan Cafein (PCC). “Saya kapok,”

Fadli namanya. Ia tinggal di sekitaran Kemaraya Kendari. Ia kini sedang mensyukuri nikmat sehat dan selamat dari Tuhan. “Saya pernah minum 28 butir PCC, dan kemudian heboh ternyata,” kisahnya, kepada jurnalis lenterasultra.com, Rabu sore(20/9) yang ke rumahnya.

Saat ditemui, Fadli sedang bermain di salah satu tempat yang jaraknya jau dari rumahnya. Fadli mempersilahkan lentera duduk di teras rumah yang bukan miliknya. Rumah tersebut adalah milik warga tempat dia sering duduk dan bermain dengan rekan sebayanya.

Fadli tak sempat ke rumah sakit jiwa. Entah kekuatan dari mana di tubuhnya yang bisa menahan efek luar biasa dari PCC, apalagi sekaligus 28 butir.

“Saya hanya diam dan baring, tiga hari tiga malam. Tidak tidur dan tidak bangun juga. Apa namanya begitu?” katanya, tertawa menceritakan hari-hari berat yang ia lalui pekan sebelumnya. Ia betul-betul jeri mendengar kabar bahwa ada tiga orang yang tewas karena konsumsi PCC itu.

Padahal setahunya, pil PCC yang sering dikonsumsi para pengguna obat reaksinya tidak demikian.
“Saya sempat mengkonsumsi pil PCC sampai 28 butir tapi tidak kejang-kejang. Apalagi mengamuk,” katanya.

Menurutnya PCC hanya membuat penggunanya bereaksi tenang, mata sayup-sayup dan tidak merasakan apa-apa selain pikiran yang melayang-layang. Saat mengkonsumsi PCC sebanyak 28 butir pun juga Fadli tidak kejang-kejang. “Semoga tidak begitu. Sekarang juga sudah berhenti,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan penggunaan pil zombie sesuai namanya yang dikenal di Kendari beberapa hari terakhir ini, memang dikalangan teman sebayanya paling sering digunakan. Apalagi yang ingin merasakan mabuk dan tidak mempunyai uang.

“Kadang patungan belinya. Kadang juga sendiri, karena murah harganya. Saya pakai itu hanya untuk mau tenang saja,” ujarnya.

Fadli menjelaskan dimungkinkan para pengguna pil PCC yang sempat masuk di rumah sakit tersebut daya tahan tubuhnya kurang. Analisanya ini setelah sering menggunakan pil PCC dengan beberapa temannya di Kendari.
“Kami pernah pakai ramai-ramai. Semuanya tenang”

Ditanya apakah pernah mencampur obat Tramadol dengan PCC. Fadli membenarkan hal ini. Menurutnya pernah suatu waktu mencampur pil PCC dengan Tramadol dengan jumlah 10 butir PCC dan 10 butir Tramadol. “Tidak gila juga,”

Saking seringnya penggunakan PCC, Fadli sempat memberikan bocoran lokasi pembelian. Namun kabarnya kata dia lokasi pembelian PCC sudah ditangkap semua. Walau begitu Fadli tidak mau mengulangi perbuatannya itu.

“Mami di Jalan Kemuning itu tempat beli juga. Hanya sudah ditangkap malam-malam waktu itu,” katanya. Perempuan yang ia dimaksud adalah ST wanita yang ditangkap Polsek Mandonga karena mengedarkan pil PCC, sehari setelah heboh massal masuk rumah sakit jiwa.

Fadli mangatakan PCC saat ini menjadi barang haram yang harus ia jauhi. Sejak Ramadan 2017 yang lalu, ia tidak lagi menggunakan pil tersebut. Ia mulai sibuk dengan membantu ayahnya dan mendoakan ibunya yang pergi meninggalkannya lebih dulu.

Pernyataan Fadli mungkin ada benarnya. Bahwa 71 korban tersebut mengalami kejang-kejang karena daya tahan tubuh yang lemah. Hal ini sesuai pernyataan BPOM Kendari bahwa para korban mengalami kejang-kejang dan gangguan mental karena penerimaan tubuh yang tidak stabil.

“Mungkin sih Fadli itu penerimaan tubuhnya kuat. Tetapi yang pasti korban-korban ini sakit karena konsumsi PCC dan Tramadol yang berlebihan. Intinya jangan menggunakan itu,” pinta Kepala BPOM Kendari, Adila Pababari.(egi)

Editor : M. Rioddha

narkobaPCC