PCC, Pucing Cana-Cini

Seminggu terakhir Kota Kendari jadi trending topic media massa, sayangnya kali ini bukan karena prestasi luar biasa.

Pe-Se-Se, benar-benar bikin Pusing sana-sini. Simpang siur sini dan sana. Dari aparat sampe apoteker semua kena imbasnya.

Kasus teler massal dan penggeledahan obat tanpa resep di sebuah apotek otomatis ketemu korelasinya, padahal konon adalah dua kasus yang berbeda.

Penggemar film the Walking Dead atau film Train to Busan pun akhirnya punya wadah untuk menyalurkan imajinasi masing-masing terhadap karakter zombie idolanya.

Kepolisian dan BNN sudah memastikan ini penyalahgunaan obat belaka, tak ada kaitan dengan flakka.

Demikian pula penjelasan lewat cuitan twitter dokter Dirgasakti Rambe, vaksinolog termuda di dunia asal Kendari, bahwa yang beredar di Kendari adalah tablet PCC ilegal, bukan bermerek Somadril meskipun kandungannya sama. Obat ini kata dokter Dirga tidak terlalu populer, relatif jarang diresepkan dokter. Lebih populer karena penyalahgunaaannya.

PCC singkatan dari Paracetamol, Caffein, dan Carisprodol, tiga zat dalam satu tablet yang sebenarnya diciptakan sebagai penawar rasa sakit. Kandungannya mujarab untuk meredakan nyeri dan mengembalikan mobilitas otot-otot yang kaku.

Jika diurai, paracetamol adalah penurun panas. Ada orang mabok gara-gara paracetamol? sepertinya belum.

Caffein juga begitu. Yang kita tau adalah penghalau kantuk. Belum pernah kedengaran kasus nge-fly karena kopi. Kalo ada, warkop-warkop tentu saja terancam gulung tikar, atau beralih jadi Warpop, Warung pop ice.

Sementara Carisrodol.. nah, ini yang perlu diketahui. Carisoprodol-lah yang menyimpan efek samping paling berbahaya ketika disalahgunakan. Bahkan, karena dampak penyalahgunaannya lebih besar daripada efek terapinya, seluruh obat yang mengandung Carisoprodol sudah dibatalkan izin edarnya oleh Badan POM sejak tahun 2013, termasuk Somadril.

Sudah tau terlarang, kenapa masih jatuh korban-korban baru?

Teori penasaran menimbulkan pemasaran, berlaku di sini. Beberapa korban PCC di Kendari mengaku karena penasaran. Seolah menemukan solusi bagi pemabok yang kurang modal.

Bagaimana tidak menggemaskan jika PCC dijual 25 ribuan per 20 butir. Tinggal dilarutkan dalam soft drink, jadilah minuman mewah yang efeknya lebih dahsyat dari red label.

Setidaknya ada alternatif selain menghirup-hirup lem yang sudah mainstream. Tapi saat ini BNN sedang menguji lebih jauh soal kemungkinan kandungan lain yang dicampur sehingga menghasilkan efek sedemikian rupa.

Soal oplos mengoplos ini, diakui atau tidak, orang Indonesia memang jagonya. Dari BBM sampe sembako semua serba oplosan. Bensin campur minyak tanah, atau beras dolog campur raskin sudah jadi hal lumrah untuk konsumen menengah ke bawah. Celakanya, yang lumrah ini bisa membinasakan jika digunakan untuk hal-hal yang diluar nalar manusia.

Seingat saya, jaman sebelum adanya istilah narkoba dulu, anak-naka muda sudah terbiasa bereksperimen mengoplos minuman keras seenak perutnya, padahal sudah diingatkan bahayanya oleh ceramah-ceramah agama, propaganda pemerintah, bahkan oleh Rhoma Irama dalam lagu Mirasantika.

Jika hanya miras dengan miras, mungkin masih wajar. Tapi konyolnya kadang bir dicampur dengan obat nyamuk gosok, atau dimixing dengan shampoo, spiritus dengan obat nyamuk bakar, minuman soda dengan obat batuk, hingga bunga pepaya dengan obat tetes mata. Eeh, maaf.. yang terakhir itu efeknya lain, agak susah dijelaskan. Berani coba, nyawa taruhannya.

Sepertinya memang perlu regulasi lebih terperinci soal penggunaan zat adiktif ini. Jangan beri celah bagi kreatifitas yang salah para penggguna narkoba.

Obat-obatan yang rentan dibuat oplosan harus dijelaskan bahayanya, sebagaimana peringatan pada kemasan rokok. Pemerintah melalui kementrian kesehatan perlu memberi edukasi lebih intens soal ini.

Perketat aturan di apotek-apotek, setidaknya anak-anak muda ada rasa sungkan membeli obat-obatan yang rentan dimanfaatkan untuk kesenangan. Sebagaimana sungkannya orang-orang tua saat masuk apotek untuk membeli kontrasepsi. Eeh, maaf.. untuk yang ini pengalaman pribadi. Hihihi…

Akhirul kalam, persibuk diri dengan kegiatan positif, buat hidup lebih bermakna.
Jauhi narkoba. Dekati calon mertua. (***)

narkobaPCC