Kisah Mereka yang Pakai dan Edar PCC

-Hanya Fly, Tak Sampai Mengamuk-
-Malah Takut Lihat Polisi-

Ilustrasi PCC

PCC alias Paracetamol Cafein Carisoprodol dituding jadi biang perilaku teler massal puluhan orang di Kota Kendari selama tiga hari terakhir. Seperti itukah reaksi obat anti nyeri itu? Lenterasultra.com punya kisahnya

LENTERASULTRA.com-Sudah 50 anak di Kota Kendari selama tiga hari terakhir ini membuat “repot” petugas di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kendari. Mereka dirawat dengan gejala kejang-kejang, dan amat agresif. Tiga orang bahkan sudah tewas karena diduga overdosis, setelah mengonsumsi obat yang diklaim PCC.

Banyak yang menduga, reaksi yang dialami para remaja dan beberapa anak muda karena narkoba jenis baru bernama Flakka. Ini merujuk efek yang ditimbulkan, yang tidak ditemui dari mereka yang biasa menggunakan PCC. Tapi polisi dan Badan Narkotika Nasional (BNN) memastikan bahwa kasus teler massal yang terjadi itu bukan karena Flakka tapi karena PCC.

Kamis (14/9) sore, jurnalis media ini bisa bertemu dengan seorang pria yang rutin menggunakan PCC. Namanya IR, ia tinggal di daerah Korumba. “Saya juga sering pakai PCC. Tapi reaksinya tidak begitu juga (kejang dan mengamuk),” kata IR.

Yang ia tahu dan sering dirasakan usai mengonsumsi PCC, tidak sampai kejang-kejang apalagi mengamuk dan berteriak-teriak. Justru setelah meminum PCC, ia merasa tenang, dan tak banyak bicara. “Saya biasa pakai 5 butir. Aman-aman saja,” tukasnya.

IR menyebut, dirinya bahkan pernah menjual PCC. Khusus urusan mengonsumsi, yang dirasakannya hanya pikiran melayang-layang. Bahkan, kalau ketemu polisi, langsung takut. “Langsung gemetar malah kalau lihat petugas,” kata mantan pengedar ini.

Lantas mengapa 53 remaja di Kendari sampai kejang-kejang dan mengamuk? IR menerangkan hal ini bisa diduga ada narkoba jenis baru seperti Flaka atau juga PCC dicampur bersama obat-obat lain.

“Keadaan itu seperti di udara tidak injak tanah. Mengamuk sudah tidak bisa, karena otot-otot itu seakan ngilu dan bawaannya capek,” katanya saat ditemui di kediamannya.

IR hingga saat ini masih menggunakan obat-obat sejenis PCC seperti Somadril dan Tramadol. Namun ia mengurangi intensitasnya bahkan berusaha keras meninggalkannya. “Saya masih sering ditawari,  tapi saya tidak terima. Walau pernah setelah dipenjara minum juga. Namanya biasa disebut mumbul kalau di Kendari,” kata pria berumur 37 tahun ini.

Di tempat berbeda, LENTERASULTRA.com, menemui seorang perempuan bernama NN di rumahnya, di Mandonga. Meski sempat menolak ketika tahu yang menemuinya adalah jurnalis, janda satu anak ini akhirnya mau berbagi kisah.

“Kalau banyak (konsumsi PCC) pusing juga. Tapi kalau sedikit, rasanya melayang-layang,” terang wanita yang ditinggal pergi suaminya ini. Ia mengaku menggunakan obat-obat seperti PCC, somadril dan tramadol sejak rumah tangganya berantakan.

“Saya minum obat kalau lagi galau pikirkan suami. Setelah itu hilang pikiran. Lupa lagi dan kerja yang lain. Tapi bawaannya memang parno dan takut. Apalagi sama polisi. ” ceritanya dengan senyum.

Ditanya apakah pernah kejang-kejang setelah menggunakan PCC atau Somdril. NN mengaku belum pernah. Katanya menggunakan obat itu bawaannya loyo dan tak berdaya. “Kaya capek tapi tidak capek. Tapi berpikir itu kemana-mana,” terangnya.

Saat ini dia mulai menjauhi barang haram tersebut. Ia mulai menggeluti kehidupan seperti biasa dan mencoba menjauhi narkoba. Ditanya apakah pernah mencapur PCC dengan obat lain ia mengatakan belum.     “Tapi kalau somadril dan tramadol pernah. Tapi sama bawaannya. Atau mau saya belikan,” katanya, bercanda.

“Tapi tidak ini serius. Tidak sampai banting-banting diri. Seperti korban kemarin. Itu saya baru lihat apalagi sampai diikat sama dokter, kasian sekali,” timpalnya lagi.

Pernyataan IR dan NN ada benarnya. Apoteker di RSJ Kendari, Hastika punya cerita yang mirip. Wanita yang sehari-harinya meracik obat untuk pasien kejiwaan mengatakan, Flakka itu nama yang dibuat-buat.

“Bukan nama narkoba seperti Sabu atau Heroin. Dia ibarat PCC tapi dinamakan mumbul. Nah seperti itu kira-kira Flaka,” kata wanita dengan gelar Sarja Farmasi dan Apoteker ini.

Hastika menjelaskan bisa jadi obat yang dikonsumsi 53 remaja di Kendari adalah racikan dengan beberapa obat. Karena jika satu obat saja maka dimungkinkan tidak seperti kondisi para korban.     “Mungkin dicampur. Kandungan metanolidnya sangat besar dan mengakibatkan reaksinya sangat parah,” jelasnya.

Ia menguraikan Somadril, Tramadol dan PCC sebenarnya obat anti nyeri atau sakit. Ketika seseorang meminum obat tersebut maka kondisinya tidak merasakan sakit. Jatuh tidak sakit dan terbentur pun tidak sakit.

“Iya memang tidak sakit. Dia tidak merasakan apa-apa. Semua tidak terasa. Obat ini memang sering digunakan namun sekarang peredarannya mulai ditarik,” jelasnya.

Hastika, IR dan NN adalah bagian terkecil dari semua penjelasan tentang reaksi obat Somadril, Tramadol dan PCC. Namun polisi dan BNN tetap bersikukuh bahwa tidak ada narkoba jenis baru di Kendari. BNN membantah kalau Flaka beredar di Kendari begitu juga polisi.(Egi)

Editor : M Rioddha

BNNnarkobaObat