Geger Flaka, Diknas Segera Kumpul Kepsek

LENTERASULTRA.com-Usai apel pagi, guru-guru di SMP 5 Kendari tidak langsung memulai membahas pelajaran ketika masuk ruang kelas, pagi tadi (14/9). Topik pertama yang mereka sampaikan adalah soal geger remaja-remaja di Kota Kendari yang terpapar Narkoba dan jadi penghuni Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Sri Wati misalnya, guru Matematika yang mengajar di Kelas IX mengawali bahan ajarnya dengan meminta siswanya agar tak mudah bergaul dengan sembarang orang. “Saya minta anak-anak untuk hati-hati. Sekarang lagi ramai ini soal penggunaan obat-obat terlarang,” kata sang guru, seperti dikutip seorang siswanya bernama Titania.

Keresahan para pengajar di SMP 5 ini juga dirasakan Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga (Dikmudora), Dra. Sartini Sarita. Ia dibuat keheranan dengan kejadian luar biasa yang menimpa para remaja di Kota kendari dalam tiga hari terakhir. “Mereka itu banyak yang statusnya pelajar dan siswa,” kata Sartina, Kamis siang (14/9) tadi.

Sartina amat prihatin dengan kondisi ini, apalagi yang jadi korban adalah para pelajar. “Jika peserta didiknya rusak, maka peran kami sebagai institusi pendidikan akan dipertanyakan publik,” katanya.

Pejabat yang baru sepekan dikukuhkan jadi Kepala Dinas ini, berencana menggelar rapat koordinasi dengan seluruh Kepala Sekolah di Kota Kendari. “Senin nanti rencannya. Sekalian saya undang Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) untuk membahas masalah ini,” tambahnya.

“Ini bukan persoalan kecil sehingga kita harus cepat bertindak. Sekolah-sekolah ini perlu melakukan tindakan yang bisa untuk mencegah jumlah pengguna dikalangan pelajar,” kata Sartini

Wanita ini menekankan agar sekolah melibatkan orang tua sebab siswa tidak diawasi sepanjang hari. “Menangani kasus narkoba diperlukan kebersamaan. Sebab, orang yang telah kecanduan narkoba sulit dipulihkan. Kerena itu, tanpa ada pengawasan orang tua, maka para siswa ini akan lengah sehingga berani mencoba hal-hal yang tidak benar,” tegas Mantan Sekretaris Dikmudora Kendari itu.

Lebih lanjut, wanita berhijab itu, lagi-lagi kerjasama perlu. Semua pihak harus terlibat, jangan hanya BNN, sekolah, dinas dan orang tua. Selain itu, kesadaran bagi siswa itu sendiri harus diberi pemahaman. Dengan itu, mereka dapat menghindari hal-hal yang bisa merugikan diri sendiri dan pendidikannya.
“Jauhi hal-hal yang bisa merugikan fisik dan psikologisnya, sehingga bisa meraih apa yang diangan-angankan sesuai dengan cita-cita mereka,” imbuhnya. (isma)

Editor ; Yanti Aprilianti

Flakkanarkoba