Tahukah Kamu? Ada Gelang Rindu di Kabupaten Buton

382
Jurnalis senior, Andi Sangkarya Amir, memaparkan materi penulisan konten pariwisata. Foto: Ist. 

BUTON, LENTERASULTRA.COM – Tidak hanya bisa menikmati keindahan wisata bahari, hutan dan atraksi budaya, jika anda mengunjungi Kabupaten, maka nda akan mendapatkan sisi lain dari kearifan lokal Buton. Gelang rindu. Ya, tradisi ini sudah diwariskan oleh masyarakat Buton sebagai penangkal rindu buah hati ketika ditinggal sang ayah melaut.

Karya Gelang Rindu inilah yang terpilih sebagai karya terbaik dalam workshop penulisan konten pariwisata yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Sultra.

Pesona Tikolo (Gelang Rindu) Masyarakat Bajo

Karya: Luy

Kebiasaan suku Bajo secara umum selain melaut adalah budaya memakan sirih/pinang. Namun, kali ini saya tidak membahas hal tersebut karena ketika berkunjung di Bajo bahari, saya menemukan kebiasaan lain yang menarik dan itu jarang diketahui orang di luar masyarakat Bajo. ”Tikolo” menurut suku Bajo itu adalah Gelang Rindu.

Tikolo ini akan dipakaikan pada seorang anak yang ditinggal pergi oleh sang ayah ketika melaut atau merantau. Menurut kepercayaan, gelang rindu ini dipasangkan pada kaki atau tangan si bayi sebagai penangkal rindu bagi sang ayah. Bagi si anak agar anak tersebut tidak serta merta mengingat sang ayah.

Pengumuman Kabupaten Bombana

Tikolo ini terbuat dari kain putih yang telah disyarati secara adat oleh ketua Bajo kemudian di satu sisi kain putih itu membungkus rambut sang ayah. Kemudian dibuat sepeti gelang dan diikatkan pada kaki atau tangan si anak.

Menurut masyarakat Bajo, hal ini mujarab dan menangkal rindu sang ayah kepada sang anak agar sang anak tidak terkena penyakit sindrom sakit rindu kepada sang ayah, tapi juga tetap menjaga hubungan kasih sayang keduanya.

Hal ini menjadi menarik karena sisi lain dari masyarakat Bajo ini kemudian menjadi pesona dan pengetahuan baru bagi kita masyarakat awam untuk memahami kebiasaan dan budaya suatu masyarakat atau suku.

Suku Bajo Bahara/Tolando ini berlokasi kurang lebih 20 kilometer dari Pasarwajo atau 25 menit berkendara dengan motor ataupun mobil. Jangan risau, sepanjang jalan mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan indah dari teluk Pulau Buton.

Workshop penulisana konten pariwisata di Buton ini menghadirkan salah satu jurnalis senior, Andi Sangkarya Amir. Selain membimbing puluhan milenial untuk menghasilkan konten yang menarik seputar pariwisata dan ekonomi kreatif, para peserta juga diajak menghasilkan karya tulis, sekaligus mengevaluasi karyanya bersama pemateri.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sultra melalui Kepala Seksi Pengembangan Industri Pariwisata, Muhammad Syamsul, konten dan fotografi merupakan konteks utama dalam rangka penciptaan brending terhadap produk pariwisata dan ekonomi kreatif Provinsi Sultra dengan mampu membangun narasi dari suatu produk baik berupa barang dan jasa pada destinasi unggulan dan prioritas akan memudahkan dalam menemukan pasar.

“Selain dukungan dari kualitas suatu foto dalam menciptakan brending akan manjadi rangkaian bersama yang mendorong penciptaan kunjungan wisata, pemasukan pendapatan daerah, pasar, dan pada akhirnya akan pertumbuhan ekonomi Sultra,” jelasnya. (Adv)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU