25 Persen Populasi Hoya di Dunia ada di Indonesia

264
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia tidak hanya menyimpan kekayaan mineral, gas dan sumberdaya laut yang melimpah, namun Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman tanaman hias Hoya terbesar di dunia dengan lebih dari 25 persen populasi di dunia.

“Hoya bermanfaat dalam menyerap polutan pada suatu ruangan,” ungkap Profesor Sri Rahayu, Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dikutip Minggu (3/10/2021).

Sri Rahayu baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset Konservasi Biodiversitas dan Pemanfaatan berkelanjutan Hoya di Indonesia. Menurut Rahayu, Hoya memiliki nilai penting dalam keanekaragaman hayati di Indonesia meliputi nilai ilmiah, ekologis, ekonomis, dan budaya.

Hoya sudah sejak lama telah dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Selain itu, Hoya memiliki popularitas sebagai tanaman hias dengan nilai jual yang tinggi. Berdasarkan survei terhadap kelompok pedagang Hoya, harga bibit berkisar dari Rp25.000–Rp500.000/setek, dan dari Rp500.000–Rp3.000.000/pot untuk tanaman dewasa. Harga untuk pasar internasional berkisar $10–100/setek.

Namun, pemanfaatan ekonomi Hoya di Indonesia masih terbatas dan belum menjadi prioritas konservasi nasional. Ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan dan mekanisme serta prinsip konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam hayati berkelanjutan menjadi masalah utama.

Terlebih lagi, Hoya merupakan tanaman yang sangat bergantung pada keberadaan pohon yang ditumpangi, sehingga keberadaan populasi di alam semakin terancam dengan semakin berkurangnya habitat.

”Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai aturan perdagangan tumbuhan hidup, baik untuk pasar di dalam maupun di luar negeri juga sangat minim sehingga terjadi penjualan yang tidak sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan keuntungan ekonomi tertinggi diperoleh pihak luar negeri yang melakukan sistem budidaya dan inovasi produk yang lebih baik,” terang Rahayu dikutip dari asiatoday.id.

Rahayu mengungkapkan, pembiakan Hoya yang berkelanjutan dapat menjadi prioritas awal. Oleh karena itu, perlu upaya konservasi dan pemanfaatan Hoya dengan konsep “save, study, use” yang meliputi penyelamatan, penelitian, dan pemanfaatan berkelanjutan. Konsep ini cocok diterapkan pada kebun raya di Indonesia yang memiliki lima fungsi melekat, yakni konservasi ex situ, penelitian, pendidikan lingkungan, ekosiwata, serta layanan eksosistem.

“Dibutuhkan kearifan lokal yang dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi, serta kecerdasan buatan untuk membantu kepentingan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hoya di Indonesia,” imbuhnya. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU