50 Persen Penyakit Manusia di Dunia Disebabkan Polusi Udara

178

Pengumuman Kabupaten Bombana

 

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Budi Haryanto memandang, polusi udara merupakan salah satu penyumbang penyakit terbesar yang diderita oleh manusia di dunia, dengan proporsi lebih dari 50 persen penyakit diakibatkan oleh polusi udara di kota-kota besar di seluruh dunia.

Karena itu, menjaga kualitas udara tetap baik menjadi tugas seluruh elemen masyarakat. Pasalnya, kualitas udara di suatu daerah merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan yang ada di kawasan tersebut.

“Proporsi penyakit yang terbanyak itu disebabkan oleh pencemaran udara. Kalau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh makanan, minuman itu sekitar 15 persen, tapi kalau yang disebabkan oleh pencemaran udara itu lebih dari 50 persen,” ujar Budi Haryanto kepada Komunitas Bicara Udara melalui video di laman Instagram @bicaraudara, Jakarta, Senin (19/4/2021).

Menurut Budi, manusia tidak bisa memilih udara yang akan dihirup dan semua hal yang berefek terhadap kesehatan melalui udara masuk ke dalam tubuh.

“Kalau kualitas udara itu tidak dibenahi, tidak dibersihkan maka semuanya akan masuk ke tubuh dan sudah jelas berbagai macam senyawa kimia, berbagai macam pencemaran udara yang lain, polutan masuk kedalam tubuh dan berefek kepada kesehatan,” ungkapnya, dikutip dari asiatoday.id.

Budi juga telah melakukan penelitian sejak 2013 hingga 2017 dengan melakukan modeling prediksi yang menunjukan bahwa hingga 2050 tingkat polusi udara akan terus meningkat. Dengan melihat data yang mengkhawatirkan tersebut dan terus meningkatnya sumber polusi udara seperti pertumbuhan kendaraan bermotor, dapat dipastikan jika tidak dikendalikan maka pada 2030 saja polusi udara akan meningkat hingga 60 persen dari kondisi saat ini.

“Hingga tahun 2050 itu kalau kita tidak melakukan sesuatu yang revolusioner untuk mengendalikan pencemaran udara, maka semua parameter pencemar udara itu trennya akan naik terus. Tahun 2030 itu bisa 50 persen hingga 60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan sekarang,” terangnya.

Untuk melihat kualitas udara, pemerintah harus memperbanyak alat pendeteksi udara. Menurutnya untuk saat ini tidak perlu lagi berpikir tentang harga alat yang semakin modern semakin terjangkau.

“Karena sebenarnya teknologi semakin modern seperti sekarang ini, alat-alat itu semakin canggih dan tidak lagi mahal, kalau dulunya kita beli sampai miliaran satu alat monitoring station, sekarang tidak perlu harus semahal itu lagi,” pungkasnya. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU