Atasi Impor Pakan, Indonesia Kembangkan Fotobioreaktor untuk Produksi Mikroalga
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai memaksimalkan pemanfaatan teknologi fotobioreaktor untuk meningkatkan produktivitas mikroalga karena kulturnya dapat dikontrol secara optimal.
Fasilitas ini ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee.
Teknologi ini mampu memproduksi 3 juta sel per hari untuk mikroalga jenis Skeletonema dan 100 juta sel per hari untuk mikroalga jenis Nannochloropsis.
Fotobioreaktor merupakan reaktor tembus pandang yang dilengkapi dengan instalasi suplai media dan emisi gas yang dapat digunakan untuk mengkultur mikroalga. Bioreaktor ini memungkinkan cahaya masuk, sehingga organisme mikroskopis berklorofil seperti mikroalga dapat memanfaatkan sumber cahaya tersebut untuk melakukan fotosintesis.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengaspresiasi pengembangan teknologi fotobioreaktor untuk kultur mikroalga ini.
“Siapa yang tidak kenal mikroalga. Di industri perikanan budidaya, mikroalga menjadi sumber pakan yang biasanya digunakan untuk pakan larva ikan dan udang, zooplankton dan ikan herbivora”, terang Slamet di Jakarta, dikutip asiatoday.id Rabu (3/3/2021).
Aplikasi teknologi fotobioreaktor pada kultur mikroalga yang dikembangkan BPBAP Ujung Batee memanfaatkan wadah transparan berbahan akrilik sehingga rasio luas permukaan dan volum yang menerima cahaya lebih tinggi.
Peningkatan produksi perikanan budidaya akan memicu kebutuhan pakan dari level pembenihan hingga pembesaran.
“Pakan alami seperti halnya mikroalga ini sangat esensial dan diperlukan untuk menghasilkan benih ikan ataupun udang yang berkualitas. Mikroalga menjadi sumber penyedia nutrisi, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat nutrisi lainnya”, sambungnya.
“Seperti yang kita ketahui, kebutuhan benih berkualitas yang meningkat seiring dengan peningkatan produksi berdampak langsung kepada kebutuhan akan pakan alami. Saya harap teknologi seperti ini akan terus berkembang, sehingga mampu mengatasi masalah impor pakan alami di Indonesia,” lanjut Slamet.
Kepala BPBAP Ujung Batee, Tahang mengatakan bahwa pengembangan teknologi fotobioreaktor untuk kultur mikroalga ini baru dilakukan pada dua jenis mikroalga saja yaitu Nannochloropsis dan Skeletonema.
Sebagai informasi, Skeletonema dicirikan sebagai mikroalga berbentuk silinder dengan warna coklat keemasan, sedangkan Nannocholopsis umumnya berbentuk bulat dan berwarna hijau.
“Skeletonema untuk kebutuhan pakan benur udang windu dan vaname, sedangkan Nannochloropsis untuk kebutuhan pakan benih kakap putih. Ini telah membantu meningkatkan produktivitas benih yang dihasilkan. Karena pengembangan teknologi kultur ini, banyak pembudidaya yang berminat dan datang untuk belajar langsung ke BPBAP Ujung Batee”, terang Tahang.
Selain Skeletonema dan Nannocholopsis, beberapa jenis mikroalga lain yang umum digunakan dalam kegiatan budidaya diantaranya Dunaliella, Chlorella, Chaetoceros. (ATN)