UHO Ajak Mahasiswa Jaga Toleransi Umat Beragama

567
Suasana diskusi panel mengenai Kebhinekaan dalam Bingkai NKRI di UHO, tadi siang.

LENTERASULTRA.com-Bibit-bibit radikalisme ditengarai banyak tumbuh dari lingkungan kampus, khususnya perguruan tinggi yang multi disiplin ilmu. Universitas Halu Oleo (UHO) termasuk salah satu yang bisa berpotensi sampai di level itu.

Demi meminimalisir bibit itu tumbuh, UHO pun mengajak kepada seluruh mahasiswa untuk selalu menjaga toleransi antar umat beragama. Saat membuka diskusi bertajuk Menangkal Radikalisme, Merangkai Kebhinekaan untuk NKRI yang Damai di UHO, Jumat (22/12), Rektor UHO Prof. Dr. Muhamad Zamrun meminta betul agar mahasiswanya bisa menjaga kebhinekaan.

“Semua agama di Indonesia diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya dan tidak ada perbedaan. Apapapun bentuk organisasinya, marilah kita menjaga kemerdekaan Indonesia,” kata Zamrun saat membuka diskusi panel tersebut.

Ia menambahkan, siapapun dia, tidak usah saling mencela satu sama lain. Yang penting jalan sesuai dengan jalurnya masing-masing. “Perbedaan dan keberagamaan itu adalah rahmat yang telah diberikaan oleh Tuhan Yang Maha Esa,” sebut mantan Dekan Fakultas MIPA UHO itu.

Di tempat yang sama, Kepala Pengelola Bidik Misi dan Afirmasi Pendidikan Tinggi UHO Pendais Haq mengungkapkan, toleransi antar umat beragama tatap terjaga. Bagi dia, pemahaman agama harus tetap diperbaiki sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar umat beragama.

“Saya berharap, UHO merubah wajah baru sebagai kampus yang bebas dari radikalisme. Sehingga hubungan antar umat beragama tetap harmonis,” ungkapnya.

Dais sapaan akrab Pendais Haq mengaku jika UHO sebagai sentrum dari berbagai gerakan kampus-kampus lain. Bahkan berkembang sampai dikalangan masyarakat luas.

Diskusi panel itu digelar karena rasa kekhawatiran besar menyusul adanya survey yang dilakukan Polda Sultra dan Litbang Kementerian Agama tahun 2015 lalu yang menemukan fakta bahwa 42 persen mahasiswa UHO itu setuju dengan negara khilafah. Makin memiriskan lagi karena 45 persen lainnya malah tak keberatan dengan kekerasan atas nama agama.

“Itu hasil survey selama 2015 oleh dua lembaga kredibel,” kata Pendais Haq. Hasil ini tentu saja adalah masalah besar dan akibat dari penelitian itu, UHO masuk empat besar kampus dengan potensi radikalisme dan kekerasan tertinggi di Indonesia “Ini yang harus kita pikirkan dan membangun pemahaman agar tidak muncul lagi kekerasan,” cetusnya.

Pendis berharap agar semua pihak mulai dari Badan Intelijen Negara (BIN), kepolosian serta lembaga internal dan eksternal mahasiswa berkoordinasi dan bersinergi untuk mencegak potensi ini benar-benar terjadi. “Supaya UHO ini jadi kampus yang harmoni tanpa radikalisme. Baik dalam konotasi anti kekerasan, entah itu atas nama agama, ideologi, maupun gerakan,” tukasnya.(isma)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU