Efikasi Vaksin Sinovac Mulai Diragukan di Asia Tenggara
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Lonjakan kasus Covid-19 yang kian menggila di Asia Tenggara disaat Eropa dan AS mulai menikmati pemulihan, mulai memunculkan keraguan terhadap efikasi vaksin Sinovac China. Pasalnya, negara-negara di Asia Tenggara selama ini paling aktif mendapatkan sokongan vaksin Sinovac, seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand dan Singapura.
Merespon adanya keraguan terhadap efikasi Sinovac, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Republik Indonesia, Wiku Adisasmito mengatakan studi ilmiah membuktikan semua jenis vaksin termasuk Sinovac memiliki kemampuan untuk meminimalisir tingkat keparahan akibat Covid-19.
Wiku juga mengutip hasil penelitian kohor terhadap 1,8 juta genome virus Covid-19 dari 183 negara di seluruh dunia. Menurut Wiku, penelitian tersebut membuktikan pasien yang sudah divaksinasi menunjukan adanya penurunan peluang mutasi.
“Artinya vaksinasi juga berperan penting dalam meminimalisir munculnya varian baru,” katanya, dikutip dari asiatoday.id.
Namun, Wiku juga mengakui pemerintah berencana menambah satu dosis suntikan lagi untuk para tenaga medis dengan vaksin Moderna dari Amerika Serikat.
“Tapi bagi masyarakat umum, saat ini dua kali dosis vaksin sudah sangat cukup untuk membentuk kekebalan individu. Karena studi ilmiah menunjukkan rata-rata antibodi pada populasi dapat bertahan dalam jangka waktu bulanan bahkan tahunan,” pungkasnya.
Di Malaysia, Kementerian Kesehatan pada Jumat (16/7/2021) menyatakan akan menghentikan penggunaan Sinovac dan pihaknya telah memberikan persetujuan bersyarat untuk penggunaan darurat pada vaksin Covid-19 jenis lainnya seperti Sinopharm, Johnson & Johnson, Sputnik V dan Moderna.
Vaksin Sinopharm di Malaysia didaftarkan oleh perusahaan farmasi Duopharma, kata direktur jenderal kesehatan Noor Hisham Abdullah dalam sebuah pernyataan.
Duopharma sebelumnya telah mengumumkan kesepakatan untuk memasok pemerintah Malaysia dengan 6,4 juta dosis vaksin Sputnik V buatan Rusia.
Pihak berwenang juga telah memberikan persetujuan bersyarat untuk vaksin Janssen Covid-19 yang dibuat oleh pembuat obat AS Johnson & Johnson dan diproduksi di Belgia, kata Dr Noor Hisham. Malaysia sebelumnya telah menyetujui batch vaksin Janssen lainnya yang telah diberi lampu hijau untuk penggunaan darurat oleh WHO.
Persetujuan datang sehari setelah kementerian kesehatan Malaysia mengatakan, mereka akan berhenti memberikan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Sinovac China setelah pasokannya berakhir, karena memiliki jumlah vaksin lain yang cukup untuk programnya.
Sebagaimana dilaporkan Bloomberg pada Jumat (16/7/2021), hasil riset itu telah dipublikasikan di The Lancet pada Kamis (15/7/2021) untuk membandingkan vaksin BioNTech yang dikembangkan dengan mRNA dengan vaksin Sinovac yang menggunakan virus tidak aktif.
Dalam penelitian itu ditemukan tingkat antibodi di antara petugas kesehatan Hong Kong yang telah divaksinasi mRNA BioNTech. Petugas kesehatan itu mendapatkan suntikan sekitar 10 kali lebih tinggi daripada penerima vaksin yang disuntik Sinovac.
“Perbedaan konsentrasi antibodi penetral yang diidentifikasi dalam penelitian kami dapat diterjemahkan menjadi perbedaan substansial dalam efektivitas vaksin,” kata para peneliti Jumat (16/7/2021).
Temuan ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan keunggulan vaksin mRNA dalam memberikan perlindungan yang kuat dan komprehensif terhadap virus Covid-19 atau SARS-CoV-2 dan variannya. Jika dibandingkan dengan vaksin yang dikembangkan dengan metode yang lebih tradisional, yaitu virus yang tidak aktif.
Negara-negara dari Israel hingga Amerika Serikat yang sebagian besar mengandalkan vaksin mRNA dari Pfizer Inc. dan mitra Jermannya BioNTech, serta Moderna Inc. Negara-negara yang menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna telah mengalami penurunan jumlah infeksi Covid-19 yang nyata.
Sementara itu, negara yang menggunakan sebagian besar vaksin yang tidak aktif dari Sinovac dan Sinopharm China belum mengalami banyak penurunan dalam jumlah kasus.
Efektivitas yang lebih rendah dari vaksin yang tidak aktif telah mendorong negara-negara seperti Thailand hingga Uni Emirat Arab (UEA) untuk menggunakan vaksin booster kepada orang-orang yang sudah divaksinasi penuh menggunakan vaksin Sinovac. (ATN)