Bahkan Menteri Amran Yakin ke Bombana

992
Mentan, Amran Sulaiman saat berbicara di hadapan masyarakat Bombana dan memotivasi para petani untuk serius mengembangkan tanaman jagung
Mentan, Amran Sulaiman saat berbicara di hadapan masyarakat Bombana dan memotivasi para petani untuk serius mengembangkan tanaman jagung

Dari era H Saifuddin Dullah memimpin Bombana, di tahun 2003 dan berlanjut ke masa Atikurrahman hingga era Bupati H Tafdil di tahun 2011-2016, tak sekalipun ada menteri, pembantu presiden yang menginjakan kaki di Bombana. Bahkan saat daerah itu pernah amat dikenal karena temuan butir-butir emas, hingga bongkahan-bongkahan nikel dari perut buminya.

Tapi kesempatan setahun yang diberikan Tuhan kepada Hj Sitti Saleha memimpin Bombana, bukan hanya menabur karya. Ia bahkan bisa sukses meyakinkan seorang Amran Sulaiman, Menteri Pertanian RI bila daerah itu kaya akan potensi pertanian dan jauh lebih menjanjikan sejahtera ketimbang industri pertambangan yang pada akhirnya membuat rakyat menderita karena lingkungan yang jadi terdegradasi.

3 Agustus 2017 lalu, menjelang siang hari, Wakil Presiden, Jusuf Kalla menghubungi Arman Sulaiman lewat Ponsel. Ketika sang menteri mengaku bila ia ada di Bombana, Sulawesi Tenggara, RI-2 itu langsung memeri perintah. “Tolong perhatikan baik-baik itu Bombana ya Pak Amran,” kata Jusuf Kalla, seperti dikutip Arman dan ia sampaikan di hadapan masyarakat Bombana, usai melakukan penanaman perdana jagung hibrida di Desa Tinabite, Kecamatan Lantari Jaya.

Arman Sulaiman datang di Bombana siang itu tak sendiri. Ada seorang pengusaha besar bernama H Sam, yang menemaninya. Rupa-rupanya, pengusaha ini tertarik dengan tanah dan lahan-lahan di Bombana yang bisa dikembangkan menjadi sebuah kawasan industri pengolahan jagung dan daging sapi di Bombana. Amran berjanji akan mendukung pengembangan dua jenis komoditas itu. Bahkan sebagai bentuk keseriusannya, Menteri asal Sulawesi Selatan ini meninjau langsung kawasan kosong yang akan disiapkan untuk pengembangan jagung hibrida beserta pabrik pengolahannya serta lokasi peternakan sapi plus industri pengolahan daging. Tidak hanya itu, ia juga mengajak lima profesor dan dokter yang ahli di bidang peternakan sapi dan perkebunan.

Bupati Bombana, Hj Sitti Saleha menjamu Mentan, Amran Sulaiman (baju putih) dan seorang pengusaha bernama H Sam, (batik) yang berniat membangun insdustri pengolahan jagung di Bombana
Bupati Bombana, Hj Sitti Saleha menjamu Mentan, Amran Sulaiman (baju putih) dan seorang pengusaha bernama H Sam, (batik) yang berniat membangun insdustri pengolahan jagung di Bombana

Meski siap mengembangkan Bombana, namun Amran memiliki beberapa permintaan terhadap masyarakat setempat. Selain tidak melakukan aktivitas di atas kawasan hutan, dia juga mengingatkan penduduk Bombana agar tidak tidak melakukan aksi demonstrasi sehingga mengganggu niat investor untuk berinvestasi di Kabupaten Bombana.

“Sekarang ada investor yang berniat mengembangkan industri dengan memanfaatkan lahan kosong di Bombana. Kalau ada saudara saya yang hobi demo, jangan dulu lakukan. Karena investor ini kaya ikan. Kalau ribut saat kita memancing,  dia akan lari. Jadi mari kita sama-sama dukung kehadirannya untuk kemajuan Bombana kedepan,” katanya.

PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

FAJAR LAMPAMPA
Bombana dianggap potensial sebagai salah satu kawasan yang mendukung ketahanan pangan nasional. Dua negara yakni Filipina dan Malaysia bahkan siap menjadi pembeli jika produksi jagung Bombana memenuhi syarat. Nampak Mentan, Hj Sitti Saleha dna H Sam serta Kapolda Sultra berdiskusi soal pengembangan jagung di daerah itu

Kehadiran Amran Sulaiman di Bombana disambut baik Pj Bupati Bombana, Sitti Saleha. Bahkan Sitti Saleha, rela membatalkan undangannya dari Kementrian Lingkungan Hidup, untuk menerima sertifikat Adipura di Jakarta, demi menyambut Menteri Pertanian dan calon investornya. “Kehadiran Menteri Pertanian dan Haji Sam (investor) di Bombana sangat luar biasa. Tidak gampang menghadirkan dua tokoh penting ini di Bombana,” katanya.

Menurut Sitti Saleha, sebagai Pj Bupati Bombana saat ini, dirinya mendukung program Menteri Pertanian dan calon investor ini. Bahkan untuk memuluskan program tersebut, Pemda Bombana sudah menyiapkan lahan sekira 40 ribu hektar untuk pengembangan jagung hibrida dan pengolahannya serta peternakan sapi dan pembuatan industri daging. “Nantinya di dalam kawasan ini sudah akan terintegrasi antara pengembangan jagung dan peternakan sapinya,” ungkap Saleha.(***)

Jagung Bombana Bisa
ke Filipina dan Malaysia

Pencanangkan swasembada jagung di Bombana yang ditandai dengan penanaman perdana jagung hibrida di Desa Tinabite, Kecamatan Lantari Jaya. Untuk memuluskan program swasembada pangan di eks otorita Kabupaten Buton itu, Menteri Pertanian, Arman Sulaiman juga memberikan bantuan bibit jagung untuk di tanam dilahan sekira 10 ribu hektar serta 10 traktor, termasuk lima diantaranya yang didatangkan dari Dinas Pertanian Provinsi untuk mengolah lahan sebagai persiapan penanaman perdana.

Menurut Amran, swasembada pangan dengan komoditas jagung ini memang harus di genjot dan di percepat penanamannya. Salah satu alasannya karena, Malaysia dan Filipina meminta impor jagung 4 juta ton dengan nilai sekitar Rp 12 triliun. Mentan mengaku, permintaan jagung jutaan ton itu, diutarakan pemerintah Filipina saat Presiden Joko Widodo berkunjung di negara itu. Pihak pemerintah RI pun langsung menyahutinya dengan mengeksor jagung sebanyak 250 ribu ton dari Provinsi Gorontalo.
Amran berharap, dengan lahan tidur yang luas serta mulai dicanangkannya penanaman jagung hibrida di Tinabite, Kabupaten Bombana juga bisa mengekspor jagung di dua negara itu. Pria kelahiran Bone itu mengatakan, selama pemerintah menggenjot swasembada pangan, saat ini Indonesia tidak lagi mengimpor beras dan jagung dari negara lain.

FAJAR LAMPAMPA
Acara penanaman jagung hibrida di Tinabite, Lantari Jaya Bombana, 3 Agustus lalu

Padahal dulu, dua komoditas ini, termasuk bawang sudah di ekspor di negara luar. Cabe juga demikian, beberapa bulan lalu, komoditas ini bergejolak, tapi sekarang sudah tidak lagi bermasalah. Saat ini, pihaknya tengah mengarahkan pada gula dan sapi. Saat ini, pemerintah selalu impor sapi dari Australia. Setiap tahunnya satu juta ekor. Padahal, wilayah Indonesia bisa pelihara sapi. Gula juga demikian, pemerintah masih mengharapkan kiriman gula dari negara-negara lain dengan kebutuhan sekitar 50 persen untuk seluruh Indonesia. Padahal tanah air ini sangat subur.

Masalah ini pun sudah dilaporkan kepada Presiden untuk segera diatasi. Salah satu langkahnya memanfatkan lahan tidur untuk mengembangkan ternak sapi dan perkebunan tebu dimana salah satu lokasinya di Bombana dan Konsel. Bahkan untuk tidak tergantung dengan sapi Australia, pihaknya sudah membeli sperma sapi dari luar negeri dengan biaya Rp 15 juta untuk satu tetes.(***)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU