Ketua Sinode Gepsultra Serukan Hindari Politik Uang
KENDARI, LENTERASULTRA – Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 kurang lebih tinggal sepekan lagi, tentunya pemilu kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pelaksanaannya dilakukan secara bersamaan yakni pemilihan presiden dan wakilnya serta pemilihan wakil rakyat mulai dari tingkat bawah hingga ke senayan.
Ketua Sinode Gereja Protestan Sulawesi Tenggara (Gepsultra), Pdt. Marthen Sambira menyerukan agar menghindari politik uang dalam pelaksanaan pemilu kali ini. Menurutnya, seseorang yang menggunakan untuk meraih suara menjadi bukti jika yang bersangkutan tidak percaya diri.
“Sebenarnya yang menggunakan uang untuk ikut pemilu itu bukti jika ia meragukan kapasitasnya menjadi wakil rakyat sehingga menggunakan jalan pintas untuk merebut hati rakyat,” tegasnya.
Ia menilai jika ada yang menggunakan cara demikian itu sama saja tidak memiliki etika dan moral. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam al kitab jika suap adalah sebuah larangan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
“Apa-apa saja yang dibangun dengan suap memiliki dasar yang rapuh dan tidak kuat, yang tidak diberkati oleh Tuhan,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengimbau kepada seluruh umat beragama untuk menyalurkan hak pilihnya saat 17 April mendatang tanpa harus ada iming-iming uang apalagi merasa tertekan. Dikatakannya jika pemilu ini merupakan ajang pesta bergengsi karena dilaksanakan setiap lima tahun sekali.
“Pilihlah pemimpin dan wakil rakyat terbaik menurut masing-masing, tidak ada tekanan didalamnya,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan pesta demokrasi ini kata Pdt.Marthen penting juga untuk selalu menciptakan suasana aman dan nyaman. Tidak perlu ada perselisihan, meskipun ada perbedaan pilihan didalamnya.
“Saya mewakili umat Kristiani mengimbau untuk menjaga suasana aman dan damai karena dengan kondisi yang aman maka akan menjamin terselenggaranya pemilu yang berhasil,” katanya.
Ia juga mengingatkan bagi calon pemimpin dan wakil rakyat yang saat ini sedang genjar melakukan kampanye untuk tidak menggunakan rumah ibadah sebagai tempat kampanye. Menurutnya, rumah ibadah merupakan tempat yang suci bagi apapun itu, sehingga jangan dinodai dengan adanya politik praktis di dalamnya.
“Rumah ibadah kita fungsikan sesuai dengan peruntukkannya yakni membangun spiritual dengan Tuhan dan relasi antar sesama umat dengan penuh keharmonisan, jangan lagi dijadikan sebagai tempat kampanye yang didalamnya sudah ada kepentingan berbeda,” imbaunya.
Ditegaskannya pula jekang pemilu ini untuk tidak mempersoalnya tentang pancasila sebagai dasar negara. Pasalnya, kata Pdt. Marthen jika para pemimpin dan pendiri negara ini terdahulu telah sepekat untuk menjadi pancasila sebagai dasar negara juga pembukaan UUD 1945.
Ditegaskannya jika negara ini dibangun berdasarkan sumpah, baik itu sumpah pemuda maupun sumpah para pendirinya, sehingga generasi yang ada saat ini dan generasi di masa mendatang tidak perlu lagi mempertentangkan pancasila sebagai dasar negara.
Laporan: Fiyy