RUMBIA, LENTERASULTRA.COM-Laut yang mengelilingi Pulau Kabaena nyatanya memang menyimpan potensi sumber daya alam bernilai ekonomi tinggi. Selain ikan, hasil laut yang kini jadi primadona baru adalah ubur-ubur. Makhluk laut dengan tekstur seperti gel yang tertangkap para nelayan itu kini malah tembus sampai ke pasar mancanegara. Dengan sedikit perlakuan tambahan, maka bisa terjual dengan harga sangat tinggi.
Ubur-ubur ini banyak ditangkap para nelayan di Kecamatan Kabaena Timur. Mereka bahkan sudah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan pengekspor ubur-ubur. Mereka tinggal mencari, menangkap lalu menunggu pembeli. “Nelayan di Kabaena Timur itu, kalau sudah dapat hasil ubur-ubur, tidak sulit cari pembeli. Sudah ada yang siap jemput hasilnya,” ungkap Mansur Sigia, Kepala Bidang Bina Usaha dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Dinas Perikanan Kabupaten Bombana.
Salah satu perusahaan yang menjalin kerjasama ekspor ubur-ubur Bombana adalah PT. Bahari Inti Nusantara. Tugas para nelayan hanya berjibaku menangkap ubur-ubur lalu membawanya pulang untuk dikeringkan. Setelahnya, nelayan akan menunggu perusahaan datang langsung menemui mereka untuk membeli tangkapan tersebut. Mansur Sigia menyebut, ada tiga desa yang nelayannya banyak menghasilkan ubur-ubur ini yaitu Desa Tapuhaka, Toli-toli dan Dongkala.
“Satu kali penjualan ke perusahaan, nelayan bisa melepas ubur-ubur kering sebanyak 21 ton ke satu perusahaan,” imbuh Mansur. Dari Kabaena Timur, kata dia, perusahaan kemudian membawa ubur-ubur itu ke Surabaya untuk melengkapi berkas izin ekspornya. Setelah itu baru dijual ke Tiongkok dan India. Sekali trip, perusahaan tersebut bisa membawa membawa 840 koli ubur-ubur dimana satu koli itu sama dengan satu ember seberat 25 kilogram.
Mansur menjelaskan, omset para nelayan dalam satu kali trip pengangkutan bisa mencapai Rp1 miliar. Nilai tersebut tentu saja sangat tinggi dan sudah pasti meningkatkan taraf hidup para nelayan. Katanya, dua negara utama penadah ubur-ubur Bombana itu adalah Tiongkok dan India. Di negara itu, ubur-ubur dikategorikan sebagai makanan dengan kandungan tinggi protein.
Mansur menjelaskan, sebelum diambil perusahaan, para nelayan lebih awal mengerikan ubur-ubur tersebut sampai kadar airnya tersisa 80 persen. Tentu saja perlakuan pengeringan ini sangatlah hati-hati dan harus presisi karena jika terlalu kering biasanya dagingnya akan alot dan sudah pasti nilai jualnya bakal berkurang.
“Tapi tidak juga sepanjang tahun mereka bisa mendapatkan ubur-ubur dengan hasil besar. Biasanya hanya diperiode Agustus – Desember. Pada bulan-bulan tersebut, ubur-ubur cukup diambil hanya dengan menggunakan gayung diatas permukaan air. Dalam satu atau dua bulan, nelayan sudah dapat menjual ke perusahaan,” terang Mansur mengenai situasi para nelayan.
Potensi ubur-ubur itu dapat menjadi sumber ekonomi bagi daerah. Untuk saat ini, Dinas Perikanan Bombana baru menerbitkan izin aktifitas niaga kepada enam perusahaan tersebut. Dinas juga mengeluarkan surat keterangan asal ikan (SKAI) sebagai syarat perusahaan bisa melakukan ekspor. Kedepan, Dinas merancang peraturan daerah untuk mengatur aktivitas niaga tersebut agar juga memberi pendapatan bagi daerah.
“Perdanya sudah kami susun dan mudah-mudahan tahun depan bisa berlaku. Dari situ kita bisa mengutip retribusi. Agar potensi itu selain memberi manfaat ekonomi ke masyarakat, juga bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah juga,” tukasnya.(adv)