RUMBIA, LENTERASULTRA.COM-Sebelum berbagai alat masak dan makan minum modern ditemukan manusia masa kini, termasuk yang sudah menggunakan teknologi listrik, mereka yang hidup 50 atau bahkan 100 tahun silam juga sudah mengenal alat-alat makan, minum termasuk wadah memasak. Kini, benda-benda itu sudah jadi barang antik yang jadi saksi adanya kehidupan di masa lalu.
Demi mengingatkan bagaimana kehidupan manusia masa lampau, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bombana menginisiasi untuk mengumpulkan benda-benda antik tersebut dari berbagai pihak untuk kemudian dipamerkan di ajang pameran pembangunan HUT ke 21 Kabupaten Bombana. Sebagian sisi stand pameran Dikbud disiapkan untuk memajang benda yang meski sudah dimakan usia, tapi masih terlihat tahan.
Di stand itu, pengunjung bisa melihat dari dekat benda bernama Kurongkale, atau jika dialih bahasakan berarti bejana yang terbuat dari bahan kaleng yang digunakan masyarakat di masa lalu sebagai wadah menanak nasi atau makanan pokok lainnya. Kurongkale nyatanya cukup mendapat perhatian banyak pengunjung dari berbagai kalangan. Kurongkale ini lebih tepatnya adalah periuk bundar yang digunakan untuk memasak dengar cara mengukus.
Periuk ini menjadi simbol kehidupan sehari-hari masyarakat Bombana yang pada waktu itu memanfaatkan alat sederhana untuk kegiatan memasak. Kurongkale juga menggambarkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam, karena proses pengukusan yang dilakukan menggunakan bahan alami seperti kayu bakar dan diletakan diatas tungku tanah liat.
Selain itu, terdapat pula Poholea, sebuah teplon yang digunakan oleh masyarakat masa lalu untuk menggoreng. Meskipun sederhana, Poholea memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena menggambarkan cara memasak yang efisien dan praktis pada zaman tersebut. Barang ini juga menjadi saksi bisu perkembangan peralatan dapur yang digunakan oleh generasi sebelumnya.
“Benda-benda ini kami kumpulkan dari warga, dipinjam untuk dipamerkan,” kata Idris, Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bombana. Idris menyebutkan, benda-benda antik itu sebagian diantaranya pernah dipakai saat kegiatan menyambut raja-raja Moronene. Menurutnya, pameran tersebut dimaksudkan agar masyarakat masa kini bisa mengetahui dan memiliki informasi bagaimana kehidupan di masa lalu.
Selain Kurongkale dan Poholea, Dikbud Bombana juga menampilkan sebuah benda yang dipakai untuk menyajikan makanan raja-rajc pada zaman dahulu. Namanya Piri, dan termasuk yang menjadi pusat perhatian pengunjung karena desain dan ukurannya yang khas dan unik. Piri menjadi simbol kemewahan dan kehormatan dalam budaya Bombana, yang digunakan hanya dalam acara-acara penting seperti upacara adat atau perjamuan kerajaan.
Tidak ketinggalan, Pasitaka Kue (Cetakan Kue) dan Sere (Cerek) juga dipamerkan. Pasitaka Kue adalah alat yang digunakan untuk mencetak kue tradisional, yang kini mulai jarang ditemukan. Sedangkan Sere, yaitu cerek untuk menyeduh minuman “Pameran ini tidak hanya memperkenalkan barang-barang antik, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya agar dapat diketahui oleh generasi yang akan datang,” pungkas Idris.(adv)