RUMBIA, LENTERASULTRA.COM-Teknologi pertanian kini kian maju. Salah satunya adalah penggunaan mesin pompa air yang biasanya berbahan bakar minyak, kini sudah beralih menggunakan energi gas. Dinas Pertanian Kabupaten Bombana pun tak ingin para petani di daerah itu tertinggal dalam hal pemanfaatan teknologi pertanian. Bantuan mesin pompa berenergi gas untuk para petani disiapkan lalu disalurkan.
Setidaknya, ada 154 petani di Bombana belum lama ini menerima paket bantuan pompa air berenergi gas dari Distan Bombana. Bantuan itu dapat menekan biaya operasional petani sekaligus memperkenalkan tekonologi ramah lingkungan. Paket bantuan konversi BBM ke BBG tersebut merupakan program kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Komisi VII DPR-RI dan PT. Pertamina (Persero). Pihak Komisi VII DPR RI turut hadir, dan diwakili anggotanya, Rusda Mahmud.
Program konversi BBM ke BBG untuk pompa air bertujuan untuk membantu petani dalam meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya operasional. Penyaluran mesin pompa air konversi tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menghemat sumber daya alam dan mendukung sektor pertanian yang lebih ramah lingkungan. “Ada 154 petani menerima bantuan ini,” aku Rahmatia, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Dinas Pertanian Kabupaten Bombana.
Katanya, dari 154 bantuan yang disalurkan kepada petani itu, 54 paket didistribusikan dari kantor Dinas Pertanian dan 100 paket lainnya dibagikan untuk para petani di Desa Teppoe, Kecamatan Poleang Timur. Dalam kegiatan distribusi paket bantuan itu dihadiri langsung pelaksana harian Sekretaris Daerah Bombana, Rusdiamin, Perwakilan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Sabardiman, Inspektur Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Albert, anggota DPRD Bombana Andi Sambaloge dan pejabat daerah Bombana lainnya.
Adapun paket bantuan yang diterima petani yakni mesin 3 inci, 1 tabung gas 3 kg, 1 unit konverter, 1 unit toolkit, bracket, selang LPG, regulator, selang hisap 3 inci 6 meter, selang buang 10 meter, oli enduro matic, buku panduan dan kartu garansi mesin serta buku panduan dan kartu garansi konverter. “Bantuan pompa air ini sebanyak 154 unit yang mana setiap satu unitnya diperuntukkan untuk satu orang petani,” jelas Rahmatia.
Menurutnya, penggunaan pompa air konversi BBM ke BBG sangat efisien terutama dalam segi ekonomi. Pasalnya jika menggunakan gas 3 kg maka hanya menghabiskan dana sebesar Rp25 ribu. Bandingkan dengan peenggunaan pertalite atau bensin yang bisa menghabiskan biaya sampai Rp100 ribu rupiah. “Pastinya ini hemat dan bisa menekan biaya produksi,” urainya.
Penyaluran bantuan tersebut dirangkaikan dengan rapat koordinasi daerah dan sosialisasi program konversi BBM ke BBG di aula Dinas Pertanian pada 2 Desember lalu. Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut rapat koordinasi nasional pendistribusian paket bantuan konversi BBM ke BBG yang digelar di Jogjakarta pada 11-14 November lalu.
Ia mengatakan, program konversi BBM ke BBG ini adalah salah satu langkah strategis pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memberikan dampak positif bagi petani khususnya dalam menekan biaya produksi. “Paket bantuan ini tujuannya untuk produktivitas dan kesejahteraan petani. Dengan pompa air BBG dikalkukasi bisa hemat sampai 30 persen dibangun pompa BBM,” jelasnya.
Rahmatia berharap dengan bantuan tersebut maka dapat menambah produktifitas petani padi di Bombana. Sebab selama ini cuaca ekstrem kerap mengganggu pasokan air di sawah. Dengan pompa air yang diserahkan itu akan dapat mendukung sistem pengairan yang baik sehingga berdampak pada peningkatan produksi padi. “Karena target kita Bombana ini bisa menjadi lumbung pangan Sulawesi Tenggara, sehingga petani terus kami perkuat dengan peralatan dan teknologi ramah lingkungan,” tutupnya.
Di tempat terpisah, salah seorang petani dari Rarowatu Utara bernama Sugiarti menyampaikan Terima kasihnya kepada pemerintah yang telah memberikan bantuan kepada petani berupa mesin pompa air tersebut. Baginya, pompa tersebut bisa mengatasi salah satu masalah besar yang sering ia alami selama ini yakni kekurangan air dalam proses irigasi di sawah mereka. Baginya, bantuan tersebut dapat meningkatkan efisiensi pengairan melalui pemanfaatan sumber air sekitar lahan persawahan sehingga dapat mendukung pertumbuhan padi dengan baik.(adv)