RAHA, LENTERASULTRA.COM – SMA Negeri 2 Parigi menjadi satu dari tiga institusi yang ditetapkan sebagai sekolah penggerak di Kabupaten Muna oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga sekolah penggerak itu terus mendapat pendampingan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kepala SMAN 2 Parigi, La Koma mengatakan status sekolah penggerak diterima tahun ini, bersama dengan SMAN 1 Watopute dan SMAN 1 Loghia. Ia menyebut hal itu tidak terlepas dari bimbingan dan pendampingan Dinas Dikbud Sultra.
“Meskipun status sekolah penggerak ditetapkan Kementerian, tetapi kami juga terus diberi pendampingan oleh Dikbud Sultra melalui fasilitatornya,” ungkapnya.
La Koma menerangkan, sekolah penggerak merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai implementasi program merdeka belajar, yang memberikan keleluasaan kepada guru untuk menggunakan kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah berbasis proyek sebagai kurikulum sekolah penggerak. Ada lima intervensi dalam sekolah penggerak yakni pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan sumber daya manusia di sekolah, pembelajaran dengan paradigma baru, perencanaan dengan basis data, juga digitalisasi sekolah.
Penetapan sekolah penggerak sendiri dilakukan dengan cara seleksi terhadap kepala sekolah melalui curiculum vitae, pembuatan essay, simulasi proses mengajar dan wawancara. Peran Dikbud Sultra tak bisa dinafikan dalam proses seleksi tersebut.
“Tentu pendampingan itu ada dari Dikbud Sultra. Karena salah satunya juga ada rekomendasi dari Dinas. Nah sasaran awal sekolah penggerak kan penguatan sumber daya manusia dulu. Sehingga pendampingan itu bisa berupa pelatihan guru, lokakarnya ataupun pertemuan berkelanjutan,” paparnya.
Dalam penerapan program sekolah penggerak sebagai implementasi kurikulum merdeka belajar, SMA N 2 Parigi sudah melakukan beberapa inovasi. Diantaranya program literasi dan pencegahan perundungan di sekolah.
“Prinsipnya sekolah penggerak itu melaksanakan kurikulum merdeka belajar yang pada intinya memberi kebebasan sekolah untuk menjalankan proses pendidikan sesuai keadaan sekolah. Implementasinya dalam bentuk kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun proyek penguatan pelajar pancasila,” paparnya.
Selain itu, SMAN 2 Parigi juga menerima program fisik berupa pembangunan gedung UKS, gedung bimbingan konseling dan rumah dinas guru dari Dikbud Sultra melalui anggaran dana alokasi khusus. Ketiga pembangunan fisik itu saat ini sedang dikerjakan dan akan segera rampung. Ia juga menilai dukungan pembangunan fisik itu akan meningkatkan kualitas sekolah. (ADV)
Ode