BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- Belum cukup tiga bulan diresmikan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanduale Bombana, Sulawesi Tenggara sudah bermasalah. Di rumah sakit seharga Rp135 Miliar itu, tidak lagi memiliki penerang. Fasilitas listrik di rumah sakit pelat merah itu terputus.
Ironisnya, pemandangan seperti itu sudah berhari-hari terjadi. Akibat tidak adanya aliran listrik di rumah sakit yang diresmikan awal Agustus lalu, melumpuhkan semua aktifitas. Tidak hanya itu, jika malam hari, rumah sakit yang dibiayai dari dana pinjaman tersebut terlihat gelap gulita. Wartawan lenterasultra.com melihat langsung pemandangan ini, Selasa malam, 18 Oktober 2022 sekitar pukul 20.00 WITA.
Saat melintas di depan Rumah Sakit (RS) Tanduale di jalan poros Bombana-Kendari, Desa Lantowua, Kecamatan Rarowatu Utara, hampir tidak terlihat lagi gedung megah RSUD yang mengabiskan dana seratusan miliar rupiah. Dari luar dan dalam gedung, tidak nampak satupun bohlam yang bersinar. Bukan hanya di gedung utama yang baru dua bulan lebih selesai dibangun, gedung VIP juga terlihat tidak ada satu pun lampu listrik yang menyala.
Yang agak terlihat hanya tulisan RSUD Tanduale berwarna merah yang terpampang tepat di pinggir jalan utama. Itupun akan terbaca jika ada sinar lampu dari setiap kendaraan bermotor yang melintas. Di depan tulisan itu, juga masih terlihat bendera merah putih berkibar hingga malam hari. Pemandangan ini sangat kontras dengan rumah-rumah penduduk yang ada di depan RSUD Tanduale. Lampu penerang listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), terlihat bersinar terang. Begitu juga gedung bersusun di samping RS Tanduale, fasilitas listrik dari perusahaan setrum pelat merah terlihat terang benderang.
Salah satu pegawai RSUD Bombana yang namanya tidak mau disebutkan mengaku, tidak adanya aliran listrik di kantor barunya itu sudah terjadi sejak Senin, 17 Oktober 2022. Amtenar di rumah sakit pelat merah ini tidak mengetahui pasti apa penyebab sehingga aliran listrik terputus. “Yang kita tau, aliran listrik tidak ada saat mau kerja. Komputer tidak menyala, jaringan WiFi juga tidak berfungsi. Kita juga bingung ada masalah apa,” katanya.
Meski tidak ada aliran listrik, dia bersama rekan-rekannya masih tetap berkantor. Tetapi mereka tidak berada dalam ruangan, namun duduk-duduk di depan gedung. ”Mau bikin apa di dalam. Panas, kalau tidak ada listrik. Jadi kita anggap piknik saja. Karena kita ke kantor selalu bawa makanan. Maklum kasian agak jauh dari pusat kota kita punya kantor,” katanya.
Direktur RSUD Bombana, drg Riswanto mengakui bila tidak ada lagi aliran listrik di kantornya. “Baru dua hari, kemarin sama hari ini,” kata Riswanto via hand phonenya, Rabu malam, 19 Oktober 2022. Menurut Riswanto terputusnya aliran listrik di kantornya bukan disebabkan karena permasalahan dengan PLN. Namun diakibatkan karena adanya perbaikan jaringan listrik dari pihak rekanan. “Ada penyambungan instalansi listrik dari jaringan rumahan ke daya besar. Perbaikan sempat terhenti karena hujan deras. Penyampaian ke saya sore ini sudah bagusmi,” ungkap Riswanto.
Tidak adanya aliran listrik di RSUD Tanduale itu tidak berdampak dengan pelayanan pasien. Pasalnya, di rumah sakit yang baru beroperasi dua bulan lebih itu belum melayani perawatan dan rawat inap bagi pasien. Sejak digunakan awal Agustus lalu, RS Tanduale baru sebatas digunakan sebagai pelayanan administrasi bagi sebagian amtenar yang bekerja di RSUD setempat. “Untungnya belum melayani rawat inap pasien saat jaringan listrik putus. Kalau sudah melayani pasien rawat inap, bisa gawat,” kata pegawai RSUD Tanduale lainnya.
Manager PLN Bombana Isa Bima mengatakan terputusnya jaringan listrik di RSUD Tanduale bukan karena sistem dari PLN. Tidak adanya aliran listrik di RS tersebut akibat adanya pekerjaan dari pihak rekanan rumah sakit. “Jadi penyebabnya bukan karena sistem dari PLN. Jaringan di sekitar rumah sakit, sampai malam ini baik-baik saja,” ungkap Isa Bima, Rabu malam, 19 Oktober 2022.
Penulis dan editor : Adhi