LASUSUA, LENTERASULTRA.COM – Jumlah kasus pelecehan anak dibawah umur di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) mencapai 20 kasus kurun waktu Januari-September 2022. Angka ini meningkat dari tahun 2021 lalu yang hanya 12 kasus.
Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kolut, Murni Baso mengungkapkan, rata-rata kasus tersebut terjadi di lingkungan keluarga terdekat mereka sendiri. “Tahun ini di Lasusua terbanyak, 7 kasus,” ujarnya saat launching Sekolah Ibu Milenial (Simal) yang digelar di Perpusda Kolut, Sabtu (24/9/2022).
Pihaknya, kata dia, memiliki kewajiban melakukan pendampingan terhadap sang anak yang menjadi korban agar tidak trauma berkepanjangan apalagi hingga putus sekolah. 15 kecamatan yang ada telah disambangi untuk melakukan sosialisasi baik kepada aparat desa hingga camat yang seterusnya memberikan edukasi kepada masyarakat. Baik dampak, cara dan ancaman hukum bagi pelaku pelecehan.
“Tahun 2023 mendatang akan berfokus pada wilayah yang berkasus tinggi untuk sosialisasi terkait pencegahan. Kami sampaikan karena banyak masyarakat Kolut belum tahu,” terangnya.
Di tempat yang sama, penanggung jawab Simal Indonesia Kolut, Nurlia Muchtar menjelaskan launching Simal dilakukan karena semakin tingginya kasus pelecehan, perceraian hingga kekerasan dalam keluarga yang kian meresahkan akhir-akhir ini. “Kalau perempuannya bagus maka negara ini akan bagus karena dia yang pertama kali mendidik anaknya untuk menjadi generasi yang lebih baik kedepan,” imbuhnya.
Angka perceraian misalnya tercata tinggi sejak pandemi covid-19. Untuk itu, kaum perempuan khususnya bisa bergabung dalam kelas parenting tersebut guna mengetahui kiat dan langkah seorang isteri memantaskan diri menjadi pasangan dan ibu yang baik bagi anak-anaknya.
“Bagaimana mereka bisa mengurus anak jika hubungan dengan suaminya masih kacau. Banyak juga yang menikah modal cinta tanpa menyiapkan mental dan ilmu. Padahal membangun keluarga bagian terkecil membangun sebuah negara,” paparnya.
Program mereka kedepan agar setiap bulannya bisa melakukan sharing dan gelar kelas terbuka yang lebih intens. Ia berharap banyak kaum ibu atau perempuan bisa berpikir terbuka yang dibarengi ilmu hingga bisa memainkan peran mereka sebagai istri yang bukan sekedar bermodal perasaan sematan. “Dengan ilmu bisa mengerem hal-hal yang mungkin terjadi diluar kontrol mereka,” pungkasnya.
Penulis: Rusli
Editor: Ode