RAHA, LENTERASULTRA.COM – Citra tenun Masalili sedang naik daun setelah dipakai Presiden RI, Joko Widodo dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Bambang Soesatyo dalam peringatan hari pers nasional (HPN) di Kendari, kemarin. Anggota DPRD Muna, Andi Sapri meminta momentum ini harus dimanfaatkan Pemkab Muna untuk giat berkampanye pemakaian tenun Masalili.
Andi Sapri, politisi PDIP mengapresiasi peran Pemkab Muna yang memanfaatkan momen HPN dengan mengenalkan beberapa kerajinan hasil produk UMKM masyarakat. Terlebih, tenun Masalili yang kemudian menarik perhatian khusus dalam acara itu. Dirinya juga mengakui ada peran Dekranasda Muna, terutama Ibu Yanti Setiawati Rusman selaku Ketua yang berada dibalik layar naiknya pamor tenun Masalili.
“Selaku anggota DPR Kab. Muna dan desa penghasil tenun ini merupakan daerah pemilihan saya, makanya saya merasa terharu dan berbangga hati melihat pak Presiden menggunakan baju Tenun Masalili,” katanya, Kamis, 10 Februari 2022.
AS, sapaanya, berharap tenun Masalili bisa lebih populer baik nasional maupun mancanegara. Makanya diperlukan upaya konkret dan terukur dari instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memanfaatkan momentum ini agar tetap mempromosikan tenun di setiap kegiatan pameran atau fashion show baik dalam maupun luar negeri.
“Artinya kalau kain tenun Masalili sudah dikenal dimana mana dan diminati oleh seluruh masyarakat Indonesia ataupun dari luar negeri berarti dapat berdampak positif pada pendapatan masyarakat pengrajin tenun,” ungkapnya.
Tokoh masyarakat Desa Masalili, La Ode Rasali mengatakan, sebelum melejit di momen HPN, tenun Masalili juga sudah pernah ikut pameran di Moskow, Rusia hingga menjadi nominator cinderamata terbaik dalam Anugerah Pesona Indonesia. Diakuinya, setelah promosi secara massif oleh Dekranasda, Rasali mengungkapkan jika masyarakat mulai merasakan dampaknya secara ekonomi. Pesanan mulai meningkat, hingga kadang di momentum tertentu para penenun harus kewalahan.
“Sederhananya begini, dulu sebelum 2016 itu bikin tenun hanya ketika ada pesanan. Sekarang semua produk tenun pasti laku,” katanya.
Mayoritas masyarakat Desa Masalili saat ini aktif menenun. Hasil tenun masyarakat itu ditampung oleh tiga penada yang juga warga setempat. Rasali sendiri, fokus dalam pembuatan alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk memudahkan para penenun yang mayoritas kalangan perempuan. Namun sejauh ini, kendala pengembangan tenun Masalili ialah suplai benang yang terbatas. Ketersediaan di Kota Raha cukup langka, sedangkan di datangkan dari Makassar atau Surabaya harganya justru lebih mahal. Rasali menyebut harapan warga ialah ingin menjadikan Masalili hidup sejahtera dengan industri tenun. “Sekarang ada Dekranasda yang dukung full, ada juga Bank Indonesia yang sering membantu. Kedepan kami harap bisa menjadi desa industri tenun,” tuturnya.
Reporter : Ode
Penulis : Ode
Editor : Adhi