JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, Indonesia saat ini menghadapi ancaman risiko bencana geo-hidrometeorologi. Hal tersebut tidak lepas dari fenomena cuaca, iklim, dan tektonik di Indonesia yang semakin dinamis, kompleks, tidak pasti, dan ekstrem.
Indonesia berada dalam kepungan lempeng-lempeng tektonik aktif dan dikelilingi oleh cincin api. Dwikorita mengungkapkan hal itu di hadapan ratusan mahasiswa, taruna, dan praja dalam forum Kaderisasi Nasional V Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI), Jakarta, Sabtu (31/7/2021).
Kegiatan yang digelar secara virtual ini diikuti kurang lebih 117 delegasi dari 45 perguruan tinggi kedinasan (PTK) seluruh Indonesia dengan tuan rumah, yakni Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG). Berdasarkan data, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi meningkat signifikan setiap tahunnya. Dwikorita mencontohkan, gempa bumi pada kurun waktu 2008-2016 rata-rata 5.000-6.000 kali dalam setahun. Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 7.169 kali dan pada 2019 naik signifikan menjadi lebih dari 11.500 kali.
“Saat ini BMKG terus bekerja keras membangun sistem peringatan dini multibencana. Tidak sendiri, tetapi BMKG bekerja sama dan berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan berbagai pemangku kepentingan lain,” paparnya dikutip dari asiatoday.id.
Menurut Dwikorita, dengan kolaborasi yang solid antara BMKG dengan seluruh kementerian/lembaga/pemerintah daerah, maka risiko bencana akan makin dapat diminimalisasi. Pada kesempatan tersebut Dwikorita juga mengajak para kader pemimpin masa depan dari Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia tetap terus mewujudkan kolaborasi, sinergi dan koneksitas, agar Indonesia lebih mampu beradaptasi dan memitigasi potensi bencana geo-hidrometeorologi. (ATN)