Varian Delta di Asia Hambat Rantai Pasokan dan Geliat Ekonomi Eropa

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Merebaknya wabah Covid-19 varian Delta di Asia menjadi beban tersendiri bagi Eropa yang saat ini sedang bangkit. Ekonomi di Eropa mulai kembali bergeliat seiring dibukanya kembali toko-toko, restoran, dan fasilitas rekreasi ketika vaksinasi meningkat di seluruh Benua Biru.

Namun, kemajuan yang tidak merata dalam memerangi virus Corona, terutama dengan merebaknya varian delta di Asia dan berbagai belahan dunia, telah membuat rantai pasokan rusak dan pekerja sulit ditemukan. Perusahaan-perusahaan Eropa menaikkan harga konsumen karena gangguan pasokan mendongkrak biaya dan menghambat kemampuan mereka untuk memenuhi permintaan yang melonjak.

Pada saat yang sama, manufaktur Asia tengah tersandung gelombang pandemi baru dan lambatnya vaksinasi yang membebani output. Hal itu menggarisbawahi kebergantungan ekspor dari kawasan ini ke seluruh dunia. Para petinggi industri Eropa, termasuk perusahaan ban Michelin dan produsen bahan konstruksi Saint-Gobain, mengatakan mereka menghadapi kelangkaan pasokan, kemacetan transportasi, dan kekurangan staf dan mereka memperkirakan inflasi harga konsumen akan meningkat.

“Kami biasanya memiliki satu atau dua krisis operasional untuk ditangani pada satu waktu soal pasokan. Saat ini kami memiliki 23 kendala. Seluruh rantai pasokan telah terganggu,” kata Chief Executive Officer Michelin Florent Menegaux sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Senin (5/7/2021).

Melonjaknya permintaan juga ditopang oleh rencana stimulus pemerintah, termasuk dana pemulihan 800 miliar euro (USD949 miliar) oleh Uni Eropa, yang difokuskan untuk membuat ekonomi pascapandemi lebih hijau dan lebih digital. Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde yang menghadiri konferensi para pelaku industri, mengatakan bahwa sementara ekonomi kawasan euro jelas dalam masa pemulihan dan dapat mencapai ukuran prapandemi lebih cepat dari yang diharapkan, tekanan harga saat ini bersifat sementara.

Namun, anggota Dewan Eksekutif ECB Isabel Schnabel mencatat risiko kenaikan inflasi. Presiden bank sentral Belanda Klaas Knot mengaku khawatir bahwa pembuat kebijakan mungkin meremehkan risiko inflasi yang terlalu tinggi. Sementara itu, Gubernur Bank of France Francois Villeroy de Galhau mengangkat kesulitan lain mengenai inflasi, yakni mengukurnya. Dia mencatat bahwa sementara perubahan harga sering ditaksir terlalu tinggi oleh rumah tangga, ECB belum memperhitungkan tekanan dari biaya perumahan.

“Perhitungan yang lebih baik untuk biaya perumahan sangat penting. Itu salah satu hal yang harus kita ubah dalam tinjauan strategis kebijakan moneter yang sedang kita selesaikan,” kata Villeroy, dikutip dari asiatoday.id.

Menteri Perindustrian Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan penundaan harga dan pengiriman juga harus dipantau secara ketat.

“Kami memiliki beberapa pabrik yang harus memperlambat produksi mereka, mereka memiliki backlog yang sangat besar, tetapi mereka tidak memiliki suku cadang untuk diproduksi,” katanya.

Michelin telah menaikkan harga ban dua kali sejak awal tahun. Menegaux juta mencatat bahwa biaya pengiriman kontainer antara Singapura dan AS telah melonjak menjadi sekitar USD9.800 saat ini dari USD2.400 pada 2019.

“Pada akhirnya, pelanggan akan membayar lebih,” katanya. (ATN)

Covid-19deltaIndonesiaVarian Delta di Asia Hambat Rantai Pasokan dan Geliat Ekonomi Eropa