JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen untuk mengoptimalkan kontribusi penggunaan bahan bakar dalam mengurangi emisi karbon (C02) hingga 29 persen pada tahun 2030. Upaya ini segera ditempuh dengan menerapkan Carbon Capture, Utilization, dan Storage (CCUS) di sektor minyak dan gas bumi.
“Kami mendukung penuh penerapan CCUS di sektor migas melalui Enhanced Oil Recovery (EOR)/Enhanced Gas Recovery (EGR). Teknologi ini diperlukan untuk mengembangkan ladang migas yang mengandung CO2 tinggi, meningkatkan produksi dan mengurangi emisi. CCUS bisa menjadi solusi untuk menyediakan energi yang lebih ramah lingkungan,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji, dikutip dari asiatoday.id.
Saat ini, Pemerintah sedang merumuskan peraturan terkait penetapan harga karbon. Draft aturan ini tengah dalam tahap finalisasi di Sekretariat Negara. Tak hanya itu, Pemerintah juga melanjutkan proses penyusunan regulasi terkait CCS/CCUS yang sebelumnya telah dirintis oleh Center of Excellence CCS /CCUS dan didukung oleh Asian Development Bank (ADB).
“Kami berharap regulasi tersebut dapat mendukung pemangku kepentingan dalam mengembangkan teknologi CCUS di Indonesia. Tidak hanya dari sisi aspek teknis, tetapi juga dari keamanan dan ekonomi,” tambah Tutuka.
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan CCUS sedang dilakukan di Indonesia yaitu proyek CCUS Gundih yang pada awalnya merupakan proyek CCS dan telah dilakukan sejak 2012.
Ditegaskan Tutuka, Direktorat Jenderal Migas fokus pada CCUS untuk meningkatkan produksi migas melalui CO2-EOR/EGR. Namun demikian, juga mendukung pengembangan daur ulang karbon karena bisa memberikan nilai ekonomi dari pemanfaatan CO2. Di Indonesia, Kementerian ESDM yang diwakili oleh Balitbang ESDM, saat ini sedang mempersiapkan kerja sama dengan Jepang terkait daur ulang karbon. Pertamina juga memiliki beberapa program penelitian terkait daur ulang karbon.
“Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pengembangan CCUS membutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk ADB dan CoE CCS/CCUS. Kami akan selalu mendukung semua pemangku kepentingan yang mempromosikan teknologi CCUS untuk diterapkan di Indonesia,” tutup Tutuka. (ATN)