BANGKOK, LENTERASULTRA.COM – Thailand mengusung visi ambisius sebagai hub produsen mobil listrik di Asia Tenggara pada 2035. Pada tahun itu, Thailand menargetkan tidak akan lagi membuka pasar mobil berbahan bakar bensin tetapi hanya akan menjual kendaraan tanpa emisi alias mobil listrik.
“Kami dapat melihat dunia sedang menuju ke arah itu sehingga kami harus bergerak cepat,” kata penasihat komite kebijakan nasional Kementerian Energi Thailand, Kawin Thangsupanich, dikutip dari Bloomberg, Senin (26/4/2021).
Menurut Kawin, Thailand telah memiliki rantai pasokan sehingga dapat memanfaatkan momentum pertumbuhan pasca pandemi Covid-19. Sejauh ini, industri otomotif menjadi sektor strategis di Thailand. Industri ini menyumbang sekitar 10 persen terhadap perekonomian, mempekerjakan 850.000 pekerja dan mendukung pabrik besi dan baja hingga petrokimia dan plastik.
Sekitar separuh mobil buatan Thailand diekspor ke negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Target Thailand menjadi produsen mobil listrik tersebut akan didukung oleh insentif pajak dan infrastruktur yang sesuai. Insentif nantinya bukan hanya untuk pabrikan, tetapi juga konsumen.
“Jika kita membiarkan adopsi EV terjadi secara alami, itu bisa memakan waktu lama,” kata Yossapong Laoonual, ketua kehormatan Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand, dikutip dari asiatoday.id.
Berdasarkan data Electric Vehicle Association of Thailand, kendaraan listrik baterai saat ini hanya mencapai kurang dari 1 persen mobil di Thailand. Kendati demikian, mobil lisrik menunjukkan kekebalan yang cukup hebat terhadap pandemi Covid-19, menurut analis BloombergNEF Allen Tom Abraham.
Bagaimana dengan Indonesia?
Tak hanya Thailand, saat ini Indonesia juga berambisi menjadi hub produksi mobil listrik baik di Asia Tenggara maupun di dunia. Dengan kekayaan nikel yang melimpah, Indonesia menargeetkan dapat menjadi bagian dari rantai pasokan global kendaraan tanpa emisi.
Pemerintah Indonesia menargetkan 20 persen dari total unit kendaraan roda empat atau lebih merupakan kendaraan rendah emisi pada 2025. Kemudian pada 2030, ditargetkan jumlahnya meningkat menjadi 600.000 unit atau 25 persen dari total produksi sebanyak 3 juta unit. (ATN)