Indonesia Memasuki Babak Baru Restorasi Ekosistem

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia  memasuki babak baru restorasi ekosistem. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melahirkan agenda Dekade Restorasi Ekosistem (UN Decade on Ecosystem Restoration) 2021-2030 untuk mencegah, menghentikan dan membalikkan degradasi ekosistem di seluruh dunia.

“Ini menawarkan prospek untuk mengembalikan pohon dan hutan ke lanskap hutan yang terdegradasi dalam skala besar, sehingga meningkatkan ketahanan ekologi dan produktivitas,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, dalam webinar memperingati Hari Hutan Internasional (HHI) 2021, Rabu (31/3/2021) dikutip dari laman KLHK.

Dalam webinar yang bertajuk “Menjaga dan Mengelola Hutan Indonesia-Kontribusi Nyata pada Kelestarian Alam Dunia” tersebut, Menteri Siti menyampaikan bahwa Dekade PBB dan juga tema HHI 2021 yakni “forest restoration: a path to recovery and well-being”, sangat sejalan dengan semangat dan langkah-langkah Indonesia dalam restorasi dan rehabilitasi hutan.

“Pertama mendukung upaya mengatasi krisis perubahan iklim serta memastikan pengelolaan dan  konservasi keanekaragaman hayati. Yang kedua menjadi salah satu upaya dalam pemulihan ekonomi nasional melalui kegiatan padat karya, penanaman dan rehabilitasi mangrove serta gambut,” lanjutnya, seperti dikutip dari asiatoday.id.

Menurut Siti, restorasi hutan merupakan salah satu solusi untuk krisis lingkungan saat ini. Berinvestasi dalam restorasi ekosistem, akan membantu pemulihan ekonomi dari pandemi dengan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Peringatan HHI 2021 ini menjadi momen penting bagi Kementerian LHK untuk terus menggugah, menumbuhkan, serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian publik tentang hutan, fungsi-fungsi, dan langkah-langkah dalam pengelolaan hutan yang optimal.

Termasuk pada upaya-upaya menopang kelestariannya, terutama pelembagaan secara terus menerus tentang keberadaan semua jenis hutan dan pepohonan. Demikian pula dalam pengembangan perspektif hutan melalui transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut Menteri Siti menyampaikan 3 prinsip pendekatan dalam restorasi hutan, “Pertama, prinsip restore degraded lands at huge scale.” 

Dalam kurun waktu 2015-2021 saat ini, pemerintah telah berupaya untuk terus melakukan pemulihan lahan dengan skala besar dengan total area tidak kurang dari 4,69 juta ha pemulihan lahan termasuk gambut dan mangrove. Penanaman dimaksud ditujukan untuk peningkatan produktivitas hutan dan lahan yang terdegradasi.

“…every tree counts,” lanjutnya. Kegiatan penanaman dan restorasi skala kecil dapat berdampak besar. Penghijauan kota menciptakan udara yang lebih bersih dan ruang yang lebih indah serta memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik penduduk perkotaan.

Prinsip berikutnya ialah engaging and empowering people to sustainable use forest is a key step towards positive change. Lingkungan yang sehat membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan, terutama di tingkat lokal sehingga masyarakat dapat mengatur dan mengelola lahan tempat mereka bergantung dengan lebih baik. Pemberdayaan masyarakat membantu memajukan solusi lokal dan mendorong partisipasi dalam restorasi ekosistem.

Let’s restore the planet this decade,” tegas Menteri Siti.

Paradigma yang berkembang selanjutnya adalah menjadikan proses pemulihan sebagai transformasi menuju arah yang lebih baik, mencakup transformasi sosial, ekonomi dan lingkungan. Apalagi Presiden Jokowi telah menegaskan arahan untuk secepat-cepatnya dilakukan transformasi di berbagai bidang guna percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat.

Pada perspektif KLHK, transformasi didekati melalui arah kebijakan dan langkah-langkah yakni;

Pertama adalah internalisasi nilai-nilai SDGs pada pembangunan LHK 2020-2024.

Kedua, mendorong keberpihakan kepada masyarakat dengan pengembangan SDM dalam manajemen hutan dan lingkungan.

Ketiga, kebijakan alokasi dalam prinsip keberlanjutan dengan pengawasan melalui instrumen kesempatan akses serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Keempat pemulihan lingkungan dan pengelolaan yang diperkuat dengan stimulus fiskal yang inklusif untuk mendorong sirkular ekonomi dengan prinsip pemulihan lingkungan dilakukan sejalan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat.

Webinar ini menghadirkan 6 narasumber yang membahas “Membangun Resiliensi Iklim” oleh Dirjen PPI, KLHK; “Pengelolaan Biodiversitas & Kemitraan Konservasi” oleh Dirjen KSDAE; “Paradigma Baru Rehabilitasi Hutan” oleh Plt. Dirjen PDASRH; “Mobilisasi Sumber Daya Sosial di Tingkat Tapak” oleh Dirjen PSKL, KLHK; “Ekonomi Sirkular dan Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan untuk Mencapai Tujuan SDGs” Kepala BLI; dan “Kontribusi Hutan Tropis Indonesia pada Tata Kelola Hutan Global” oleh Perwakilan ad interim FAO untuk Indonesia.

Kegiatan ini diselenggarakan Kementerian LHK dengan fasilitasi oleh Sekretariat Jenderal dan didukung oleh Badan Litbang dan Inovasi (BLI) serta Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya (KSDAE). Webinar ini dipandu oleh Zelvia Iskandar dan dihadiri lebih dari 1000 peserta baik faktual terbatas serta virtual melalui kanal zoom dan youtube KLHK.

Melalui webinar ini juga dilaksananakan pengumuman dan penghargaan hasil lomba foto dalam rangka HHI 2021. Selain itu, dilaksanakan juga virtual tour Taman Nasional di Indonesia. (ATN)

IndonesiaIndonesia Memasuki Babak Baru Restorasi EkosistemSultra