KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Ruas jalan rusak di lintasan Mayjen Katamso, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak terlalu panjang. Kisarannya hanya sekitar 100 meter. Lokasinya, setelah SMAN 5 Kendari dengan pertigaan menuju kantor Gubernur Sultra. Dijalan sependek itu, hampir semua sisi jalan dihiasi lubang-lubang yang menganga dengan diameter beragam.
Meski kerusakannya cukup pendek, namun ruas jalan ini membuat repot Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Pemprov Sultra. Instansi tehnis ini, harus berulang-ulang memuluskan jalan rusak itu. Yang dilakukan, memperbaikinya melalui proyek tambal sulam. Lubang-lubang jalan yang menganga diisi dan dipadati batu becah, lalu disiram aspal cair kemudian dilapisi pasir atau debu batu.
Upaya ini ternyata tidak bertahan lama. Sebab, baru beberapa hari pekerjaan tersebut tuntas, dan hujan turun menyentuh proyek tersebut, jalan tambal sulam itu langsung rusak. Pasir diatas jalan itu perlahan-lahan hilang, batu pecah yang semula sudah dipadatkan dan sudah diberi perekat aspal cair, sedikit demi sedikit lepas hingga kemudian membentuk kembali jalan berlubang yang membesar.
Kejadian ini kembali terlihat diawal ditahun 2021 ini. Saat hujan turun di awal Januari lalu, jalan rusak di lintasan Mayjen Katamso sudah mulai rusak lagi. Hingga pertengahan Februari ini, kerusakannya makin melebar dan bertambah parah. Padahal, Desember 2020 lalu, jalan sependek itu, baru selesai ditambal sulam. “Bulan Desember tahun lalu, terakhir diperbaiki. Itupun hanya tambal sulam,” kata Aan Iswari, salah satu warga Konsel, yang kerap bolak balik di lintasan tersebut.
Sepengetahuan Aan, selama bolak balik Kendari – Konsel, dirin jalan rusak di dekat SMAN 5 Kendari itu, sudah berkali-kali diperbaiki dengan tambal sulam. Bahkan seingat Aan, khusus ditahun 2020 saja lebih dari sekali diperbaiki. Namun, warga yang melintas di jalur tersebut, hanya sesaat merasakan jalan mulus. Setelah itu, kembali rusak dengan lubang yang besar.
Selain meninggalkan lubang yang besar, setiap musim hujan, di jalur itu pasti menjadi kolam. Sebab, air menggenangi jalan tersebut. Tingginya hampir sama dengan beton pembatas jalan antara jalan di jalur kiri dan kanan. “Kalau baru selesai hujan, motor jangan coba-coba lewat, karena dijalur jalan yang rusak itu, tergenang air hingga belasan centimeter,” katanya.
Menurut Aan, cepatnya jalan rusak di jalur tersebut, salah satunya disebabkan karena menjadi tempat penampungan air yang turun dari jalan menuju kantor Gubernur. Kondisi ini diperparah dengan tidak memadainya drainase untuk menampung air di sepanjang jalan Mayjen Katamso.
Olehnya itu, agar jalan tersebut tidak lagi dikerja berulang-ulang, instansi tehnis harus lebih dulu merehabilitasi drainasenya, setelah itu memperbaiki jalannya. Jika tidak, maka uang daerah akan tetap sia-sia hanya dengan mengandalkan proyek tambal sulam berulang-ulang.
Penulis : Adhi