KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Nasib miris dialami dua bocah di Kota Kendari ini. Kakak beradik yang mengaku bernama Saras dan Albar ini bukannya menghabiskan waktu untuk bermain layaknya anak seusianya, tapi justru menghabiskan waktu untuk mencari recehan dengan mengemis atau mencari barang bekas. Ia pun mengaku tak bersekolah dan memilih hidup di jalanan.
Bahkan hingga waktu menunjukan pukul 01.00 Wita, kedua bocah ini masih duduk di depan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Duduk termenung dengan beralaskan karton bekas. Tak lama, sang asik pun tertidur lelah di pangkuan sang kakak.
“Om, minta uangnya untuk beli nasi,” ucapnya kepada warga yang berdiri tak jauh darinya.
Saat didekati awak Lenterasultra.com, gadis berusia sekitar enam tahun itu menyebut bahwa mereka sudah terbiasa hidup di jalan. Setiap hari mereka mengumpulkan barang-barang bakas untuk dijual. Sembari menepuk nyamuk yang menghampirinya, Saras berkata bahwa ia tengah menunggu dijemput ibu.
“Mamaku dia lagi pergi cari botol. Katanya dia mau singgahi kita di sini,” ucapnya sembari menundukan kepala.
Ironisnya, gadis mungil itu mengaku bahwa ayahnya adalah seorang polisi. Tetapi, ia tak berani menyebut namanya dan tak mau menjawab lebih jaun tentang itu. Menyebut pekerjaan sang ayah sebagai seorang polisi, Saras menatap jauh kendaraan yang lewat. Wajahnya menengok kiri dan kanan seolah takut ketahuan.
“Om, bapakku polisi di Kendari. Masih ada biasa di rumah tapi kadang pergi lagi,” ucapnya dengan setengah berbisik.
Hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, ia masih betah di depan ATM. Sesekali pengunjung ATM menyedorkan uang di dalam kotak nasi milik Saras.
Seorang warga yang tak mau disebut identitasnya juga mengungkapkan hal yang sama. Bahwa, kedua bocah ini berasal dari keluarga broken home, tak diurus dan bapaknya benar seorang polisi.
“Satu lorongku ini kak. Lima bersaudara kayanya kalau tidak salah. Keluarga broken home begitu. Bapaknya polisi, mamanya masih ada juga. Tapi kerja di tempat-tempat begitu,” katanya.
Beberapa pengunjung yang iba mencoba membujuk keduanya agar diantar pulang, namun sang kakak dengan tegas menolak. Ia percaya, orang tuanya akan datang menjemput. Dengan optimis, ia pun menutup wajah dengan jilbab kusam miliknya lalu menyandarkan kepalanya di dinding ATM. Tidur bersama sang adik sembari menunggu ibu.
“Saya disini saja tunggu jemputannya mamaku,” katanya.
Pagi buta saat awak Lenterasultra melintasi area tersebut, keduanya masih tertidur, masih dengan posisi semula. Saat dibangunkan, Saras bingung melihat hari menjadi terang. Ibu dan bapaknya tak menjemputnya. Mereka pun segera bergegas tanpa berbicara banyak. Tak mau menerima tumpangan dan keduanya berjalan menyusuri lorong-lorong kecil. (A)
Repporter: Herlis Omputo Sangia
Editor: Wulan
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibubapakpakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun