Masuk di Mubar, PT WSA Dinilai Bakal Ancam Kehidupan Warga

Tokoh Masyarakat Kabupaten Muna, La Ode Koso, SP., M.AP. Foto: Herlis.

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Organisasi Siswa, Pelajar dan Mahasiswa Pancasila (Sapma PP) Kabupaten Muna Barat menggelar diskusi publik bertema Sapma PP Muna Barat Bicara terkait PT Wahana Surya Agro (WSA), pada Jumat (6/11/2020).

Dialog tersebut dihadiri oleh Akademisi dan Praktisi Lingkungan, Hasddin, S.Hut.,M.P.W., I.PM, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sultra, Saharuddin, dan Tokoh Masyarakat Muna Barat, La Ode Koso, SP., M.AP. Dalam materi yang disampaikan, Akademisi dan Praktisi Lingkungan, Hasddin menuturkan, PT WSA yang bakal mengelola tebu di Kabupaten Muna Barat sampai saat ini tidak memiliki legalitas dan cacat administrasi.

“Dokumen-dokumennya saja termaksud amdalnya tidak jalas. Kantor dan lokasi PT WSA ini tidak ditahu juga asalnya, terus dipaksakan masuk,” ucap Hasddin.

Sama halnya dengan Tokoh Masyarakat Muna Barat, La Ode Koso. Ia menegaskan bahwa munculnya PT WSA berpotensi merusak lingkungan khususnya masyarakat di Kecamatan Wadaga yang beririsan dengan Kecamatan Sawerigadi dan Tiworo Selatan itu.

“Rata-rata masyarakat di Wadaga itu bekerja sebagai petani. Munculnya PT WSA tentunya akan merusak lingkungan perkebunan warga. Lahannya tergusur mau kerja dimana nanti,” ucapnya.

Ia juga menuturkan, Kecamatan Wadaga merupakan pusat mata air dan kawasan hutan yang harus dilindungi. Jika lokasi tersebut digunakan untuk kepentingan perusahaan maka ekosisten dan sumber kehidupan masyarakat bakal terancam.

Untuk diketahui, sebelumnya Bupati Muna Barat, Rajiun Tumada telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama dengan Direktur PT WSA, Nyono Purnomo pada Rabu (1/07/2020) di aula Kantor Bupati Muna Barat.

“Masuknya PT WSA di lokasi tersebut dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Mubar yang berkisar 350 miliar rupiah per tahun,” ujarnya.

Secara terpisah, Direktur PT WSA Nyono Purnomo mengaku, perusahaannya sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun di bidang produksi gula. Salah satunya di Gorontalo dengan luas garapan lahan 15.000 hektar dan memprioritaskan tenaga kerja lokal.

“Selain peningkatan PAD meningkat, perekonomian masyarakat juga meningkat sehingga ada peningkatan ekonomi yang diharapkan. Nanti ke depan didukung dengan tenaga kerja yang banyak tanpa perlu tenaga dari tempat lain,” pungkasnya.(B)

Reporter: Herlis Omputo Sangia

Editor: Wulan

Kota KendariMasuk di MubarPT WSA Dinilai Bakal Ancam Kehidupan WargaSultra