BEIJING, LENTERASULTRA.COM – Amerika Serikat (AS) tidak memberi ruang gerak sedikitpun bagi China untuk bermanuver di Laut China Selatan.Lembaga pemikir Beijing, Inisiatif Pelacakan Situasi Strategis Laut China Selatan (SCSPI) melaporkan bahwa AS telah mengirimkan 60 pesawat untuk memata-matai China pada bulan ini.
Mengutip South China Morning Post sebagaimana dilansir Asiatoday.id, laporan yang dirilis pada Senin (12/10/2020) itu memperkirakan AS sedang mempersiapkan misi jangka panjang di Laut China Selatan
Dari 60 pesawat tempur, 41 diantaranya terbang di atas Laut China Selatan yang disengketakan, 6 di atas Laut China Timur, dan 13 di atas Laut Kuning.
Laporan itu mengungkapkan aktivitas pengisian bahan bakar pasukan udara AS telah meningkat sejak bulan lalu. Beberapa pesawat bahan bakar udara telah berangkat dari pangkalan militer AS di wilayah Pulau Guam.
“Tidak lazim bagi AS untuk mengirimkan kapal tanker bahan bakar dari Guam (bukan dari pangkalan udara Kadena di Jepang) karena operasi semacam itu tidak ekonomis dan tidak efisien,” kata laporan itu.
“Operasi semacam itu lebih mungkin mempersiapkan pengisian bahan bakar jarak jauh di masa depan dalam kondisi ekstrem, dan karenanya perlu mendapat perhatian besar.”
“Ini menunjukkan bahwa kawasan Laut China Selatan masih menjadi fokus utama AS, tetapi yang tak kalah penting adalah aktivitas di kawasan Laut Kuning mengalami peningkatan yang nyata jika dibandingkan dengan aktivitas sporadis dua bulan lalu,” tulis laporan itu.
Pesawat tempur biasanya melakukan dua jenis penerbangan pengintaian, yakni rutin dan khusus. Pengintaian rutin lebih dapat diprediksi mengingat pola frekuensi dan wilayahnya.
Laporan tersebut juga menyoroti bahaya dari kegiatan mata-mata terselubung milik AS, dengan 6 pesawat memantau kegiatan militer China saat menggunakan kode pesawat sipil palsu.
Pada akhir September, pesawat Angkatan Udara AS mengubah kode identifikasi pesawatnya saat terbang di atas Laut Kuning.
Pemalsuan kode itu membuat pesawat militer AS berkamuflase menyerupai pesawat sipil Filipina, sebelum kembali ke nomor aslinya setelah menyelesaikan misi.
China telah menyesalkan langkah itu. Pada Agustus lalu China mengeluarkan pernyataan bahwa terbang dalam penyamaran membahayakan pesawat sipil.
Contohnya, pada tahun 1983, Angkatan Udara Soviet menembak jatuh sebuah jet penumpang Korean Airlines di wilayah udaranya.
Pesawat komersil itu ditembak setelah militer Soviet salah mengidentifikasi yang dikira sebagai jet mata-mata AS yang mengganggu. Kejadian itu menewaskan seluruh 269 penumpang. (ATN)