KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Perempuan kuat, inilah yang bisa digambarkan dari sosok Salmia, perempuan asal Desa Lapole, Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna, yang kini telah dinyatakan sembuh dari paparan Covid-19. Meski bukan hal yang mudah menerima kenyataan bahwa di tubuhnya hinggap virus mematikan, hingga sanksi sosial yang bakal menghantuinya, namun kini ia berani membuka suara. Memberikan dukungan dan semangat bagi yang lainnya agar tidak apatis. Terlebih mengabaikan protokol kesehatan Covid-19.
Kepada Lenterasultra.com, ia berbagi cerita, bahwa pada awalnya ia sama sekali tak menduga dirinya terpapar Covid-19. Selain karena tak ada gejala, ia pun merasa telah membentengi dirinya dengan memakai masker, menjaga jarak, dan selalu menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan.
Saat itu, tepatnya pada tanggal 4 Mei, Salmia menjadi satu dari ribuan penumpang KM Sinabung yang berlayar dari Ternate menuju Baubau. Ia cukup percaya diri, karena Ternate merupakan wilayah dengan status zona hijau. Saat berada di kapal pun, ia tidak melakukan kontak dengan siapa pun.
Saat tiba di Baubau pada tanggal 7 Mei, ia yang melakukan perjalanan bersama sang ayah tak bisa langsung pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarganya di Muna. Salmia harus menjalani karantina dan serangkaian pemeriksaan untuk memastiikan dirinya tak terpapar Covid-19.
“Karantina di rumah khusus yang disediakan oleh pemerintah desa selama dua minggu di kampung halaman baru dibolehkan pulang ke rumah,” ucapnya.
Namun betapa terkejut, pada tanggal 23 Mei ia mendengar kabar bahwa seluruh anak buah kapal (ABK) positif Covid-19, sehingga harus di swab sekeluarga.
“Hasil swab keluar satu minggu kemudian dan hasilnya saya dan ayah dinyatakan positif, lalu kami dijemput oleh petugas medis untuk dilakukan perawatan selama 14 hari di RSUD Muna. Alhamduliah keluarga di rumah tidak terpapar setelah melakukan pemeriksaan juga,” ungkap Salmia.
Selama berada di ruang perawatan khusus pasien Covid-19, setiap hari ia diperiksa tekanan darahnya hingga tiga kali, pengambilan sampel darah, pemeriksaan suhu tubuh dan rontgen. Selain harus mengosumsi makanan sehat, ia juga diwajibkan olah raga dan berjemur di pagi hari.
Hal yang menyedihkan, di saat ada keluarga yang ingin membesuk hanya diperbolehkan melihat dari jauh sesuai prosedur dari pihak RSUD. Atau jika tak ada yang menjenguk, maka sanak keluarga hanya berkabar melalui sambungan telepon.
Hingga akhirnya ia dinyatakan sembuh dan diprebolehkan pulang pada tanggal 14 Juni, setelah menjalani karantina di RSUD Muna selama 14 hari. SEbelumnya ia dilakukan swab sebanyak dua kali yakni pada tanggal 8 dan 9 Juni, dan keluar hasinya pada13 Juni dengan status negatif.
“Selama menjalani perawatan saya kuat karena ada orang yang sangat tangguh di belakang yaitu kedua orang tua dan keluarga, tanpa mereka saya tidak apa-apanya,” ujarnya.
Walaupun respon masyarakat yang agak kurang baik yang selalu menghindar jika bertemu dengan Salmia, namun keluarga selalu memotifasi dan memberikan dukungan positif.
Kini Salmia dan keluarga telah bebas dari Covid-19. Namun ia tak boleh apatis dan tetap membentengi diri dengan protokol kesehatan. Salmia pun berpesan pada masyarakat agar selalu waspada dan menjaga kesehatan, memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang lain.
“Semoga cerita ini bisa menjadi motifasi bagi para pasien Covid-19 serta menjadi pelajaran bagi masyarakat,” tutupnya. (Ads/Iksan Maligano)
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun