Mewaspadai Hari-hari Terakhir Alam Semesta

 

 

                                                                                                                                                                                  Planet Bumi —ilustrasi—

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Para ilmuwan mulai mengkhawatirkan akan datangnya hari-hari terakhir alam semesta.

Mereka mengungkapkan bahwa, akhir alam semesta akan perlahan-lahan menghilang dari semua bintang sampai terjadi kegelapan pekat di seluruh kosmos.

Ketika waktu yang kita ketahui berakhir, itu tidak akan terjadi dengan cara yang sama seperti semesta muncul yakni diawali ledakan, melainkan kematian yang lambat dari kosmos. Sejak Big Bang terjadi hampir 14 miliar tahun lalu, alam semesta terus mengembang dengan kecepatan yang terus meningkat.

Termodinamika merupakan studi tentang panas dan energi serta bagaimana pengaruhnya terhadap satu sama lain. Hukum pertamanya menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi hanya dipindahkan dan diubah menjadi jenis yang berbeda.

Sementara hukum kedua termodinamika telah memberi para ilmuwan wawasan tentang akhir alam semesta yang dingin dan sepi. Penjelasan paling sederhananya adalah bahwa panas secara alami akan berpindah ke tempat yang lebih dingin, tapi tidak akan pernah dapat dilakukan dengan efisiensi hingga 100 persen.

Perihal di balik transfer ini disebut entropi yang pada dasarnya menentukan urutan molekul yang menyusun sesuatu. Misalnya molekul air dalam es batu akan memiliki lebih banyak urutan daripada jumlah molekul yang sama dalam air sebagai gas.

Ini berarti bahwa panas dan energi molekul telah tersebar saat mereka berpindah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Saat akhir alam semesta, satu-satunya yang tersisa adalah sisa-sisa bintang mati dan lubang hitam, tanpa energi tersisa untuk membantu bentuk baru apapun.

Akhirnya, saat bintang mati dan lubang hitam mulai punah, para peneliti menyatakan bahwa alam semesta tidak akan berisi apapun, sampai tidak ada yang tersisa lagi.

Matt Caplan, fisikawan teoritis dari Illinois State University menyebut akhir dari alam semesta akan menjadi tempat yang menyedihkan, sepi, dan dingin.

“Ini dikenal sebagai ‘kematian panas’, di mana alam semesta akan menjadi sebagian besar lubang hitam dan bintang yang terbakar,” jelasnya disitat dari Express sebagaimana dikutip Asiatoday.id, Jumat (14/8/2020).

Layaknya bintang katai putih, bintang katai hitam sebagian besar terdiri dari elemen ringan seperti karbon dan oksigen yang berukuran sebesar Bumi tetapi memiliki massa yang sama Matahari.

Caplan menyatakan bahwa bintang bersinar karena fusi termonuklir yang cukup panas untuk menghancurkan inti kecil bersama-sama guna membuat inti yang lebih besar kemudian melepaskan energi.

Bintang katai putih adalah abu, mereka terbakar tetapi reaksi fusinya masih bisa terjadi karena penerowongan kuantum dengan proses yang jauh lebih lambat. Penggabungan itu terjadi bahkan pada suhu nol hanya saja membutuhkan waktu yang sangat lama.

Namun demikian, para peneliti memperkirakan bahwa akhir dari semesta akan terjadi sekitar -10 pangkat 32.000 tahun mendatang. Dengan kata lain, 10 diikuti oleh 32.000 angka nol tahun mendatang. Pada saat itu, masih akan ada benda langit mati yang melayang di dalam kehampaan.

Caplan menyebut sulit membayangkan apa pun yang terjadi setelah itu. Supernova katai hitam mungkin menjadi hal terakhir yang terjadi di alam semesta. Itu mungkin akan menjadi supernova terakhir yang pernah ada.

“Galaksi akan menyebar, lubang hitam akan menguap, dan perluasan alam semesta akan menarik semua objek yang tersisa sehingga tidak ada yang akan pernah melihat objek lainnya meledak. Bahkan secara fisik tidak mungkin bagi cahaya untuk melakukan perjalanan sejauh itu,” katanya.

Titik Terdekat Kiamat

Kajian ilmuwan lainnya mengingatkan bahwa Bumi berada bada fase percepatan pergantian iklim yang memicu perubahan besar pada kerusakan alam.

Para ilmuwan telah mengingatkan akan terjadi “kiamat kecil”, jika manusia tidak segera merestorasi lingkungan. Bahkan, ada kelompok ilmuwan yang sudah menghitung kapan jadwal kiamat tiba.

Pertengahan 2019, Breakthrough National Centre for Climate Restoration mengungkap riset tentang kiamat 2050.

Riset yang diterbitkan Dailymail, 15 Juni 2019, menyatakan bumi akan terdampak perubahan iklim yang cukup signifikan. Akibatnya manusia menjadi sulit beradaptasi dan musnah.

Bulletin of the Atomic Scientist, Januari 2020, telah memajukan jarum Jam Kiamat sejauh 20 detik dari posisi di awal 2019 lalu dan memperingatkan bahwa manusia berada di titik paling dekat dengan akhir zaman.

Jam Kiamat, sebuah jam simbolik yang berfungsi mewanti-wanti manusia agar tidak mendorong Bumi ke arah kehancuran total, kini menunjukkan waktu kurang 100 detik dari pukul 00.00. Kiamat atau akhir zaman dilambangkan dengan pukul 00.00.

Jadwal Kiamat

Pada 2019 lalu Jam Kiamat menunjukkan waktu kurang 2 menit menuju pukul 00.00, tidak berubah dari posisi di 2018. Sejak digunakan pada 1947, belum pernah Jam Kiamat menunjukkan waktu sedekat saat ini dengan pukul 00.00.

Bulletin of the Atomic Scientists, yang berisikan para ilmuwan peraih Nobel dan para pemimpin dunia, mengumumkan perubahan Jam Kiamat pada Kamis (23/1/2020) kemarin di Washington DC, Amerika Serikat.

Organisasi itu menyoroti program senjata nuklir Korea Utara dan kesepakatan nuklir di Iran, serta gugurnya Kesepakatan INF antara Rusia dan AS yang melarang pengembangan peluru kendali berbasis di darat yang berdaya jelajah di atas 500 km. Perkembangan ini dinilai bisa kembali mendorong pengembangan senjata nuklir di dunia.

Sementara itu, kondisi iklim dunia juga dinilai semakin buruk, mengingat semakin tingginya suhu Bumi dan permukaan laut, kian cepatnya es mencair di kutub, serta kebakaran hebat yang terjadi di beberapa negara, termasuk di Indonesia, Brasil, dan Australia.

Yang unik, untuk pertama kalinya Bulletin of the Atomic Scientist memperingatkan akan bahaya penggunaan diinformasi berbasis siber di dunia. Hoaks, terutama yang berkaitan dengan iklim dinilai menghambat upaya-upaya untuk menjaga perdamaian dan lingkungan.

Jam Kiamat pertama kali diciptakan pada 1947, dua tahun setelah AS menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dengan bom atom pada Perang Dunia II. Ketika itu kiamat diramalkan sejauh tujuh menit dari tengah malam.

Tahun Penting di Jadwal Kiamat

Bulletin of the Atomic Scientists didirikan pada 1945 oleh para ilmuwan di balik Manhattan Project, yang bertanggung jawab atas pembuatan bom atom AS pada Perang Dunia II. Mereka merasa bersalah melihat betapa ngerinya kehancuran yang dihasilkan oleh bom tersebut.

Berikut adalah tahun-tahun penting dalam perjalanan jadwal Jam Kiamat:

1953: 2 menit menuju akhir zaman, karena AS dan Uni Soviet menguji bom hidrogen.
1981: 4 menit menuju pukul 00.00. Pada 1980, Uni Soviet memutuskan untuk menginvasi Afghanistan dan Presiden AS, Jimmy Carter menarik atlet-atletnya dari Olimpiade Moskwa.
1991: 17 menit dari akhir zaman. Pada 1990 Perang Dingin dinyatakan berakhir, ketika AS dan Rusia mulai memangkas jumlah senjata-senjata nuklirnya. Tembok Berlin runtuh di tahun itu.
1998: 9 menit menuju kehancuran total. India dan Pakistan menggelar uji coba senjata nuklir.
2015: 3 menit dari 00.00. Perubahan iklim yang tak terkendali sebagai alasan dunia berada lebih dekat dengan kiamat. Selain iklim, pembaruan senjata nuklir juga jadi alasan.
2018: 2 menit dari akhir zaman. Dunia kembali mencekam seperti di era perang dingin. Amerika Serikat, Rusia, Korea Utara, dan Iran jadi sorotan.
2020: Jam Kiamat: 100 detik menuju pukul 00.00. (ATN)

Planet Bumi